kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.134   66,00   0,41%
  • IDX 7.065   80,82   1,16%
  • KOMPAS100 1.056   15,21   1,46%
  • LQ45 830   12,54   1,53%
  • ISSI 214   2,04   0,96%
  • IDX30 423   6,62   1,59%
  • IDXHIDIV20 510   7,64   1,52%
  • IDX80 120   1,68   1,42%
  • IDXV30 125   0,50   0,40%
  • IDXQ30 141   1,98   1,43%

Kematian Akibat COVID di China Diproyeksi Lebih Tinggi dari Laporan Resmi Pemerintah


Jumat, 23 Desember 2022 / 14:17 WIB
Kematian Akibat COVID di China Diproyeksi Lebih Tinggi dari Laporan Resmi Pemerintah
ILUSTRASI. Kematian akibat COVID di China mungkin mencapai di atas 5.000 per hari menurut perusahaan riset Inggris, Airfinity. REUTERS/Aly Song


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China berjuang memerangi pandemi seiring 5.000 orang mungkin meninggal setiap hari akibat Covid-19. Menurut perkiraan perusahaan data kesehatan Airfinity, Tiongkok mengalami 1 juta infeksi Covid per hari. 

Situasinya bisa menjadi lebih buruk bagi negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu. Gelombang saat ini mungkin melihat tingkat kasus harian naik menjadi 3,7 juta pada Januari, mengutip Reuters pada Jumat (23/12). 

Baca Juga: Kasus COVID-19 China Melonjak Tajam, Kremasi Antre hingga Berhari-hari

Perusahaan yang berbasis di Inggris itu mengatakan telah menggunakan pemodelan berdasarkan data regional China untuk menghasilkan angka yang juga menempatkan infeksi harian. Perkiraan itu sangat kontras dengan data resmi yang melaporkan oleh pemerintah China sebanyak 1.800 kasus dan hanya tujuh kematian resmi selama seminggu terakhir. 

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Pada hari Kamis dilaporkan tidak ada kematian Covid-19 baru dan 2.966 kasus gejala lokal baru untuk 21 Desember.

Seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pada hari Rabu bahwa China mungkin sedang berjuang untuk mempertahankan penghitungan infeksi Covid-19 karena mengalami lonjakan kasus yang besar.

Perubahan tiba-tiba oleh China pada kebijakan nol-Covid sebelumnya setelah protes telah meningkatkan kekhawatiran global akan infeksi yang meluas di antara populasi yang rentan dan kurang divaksinasi. Itu telah menghentikan pengujian massal dan tidak lagi melaporkan kasus tanpa gejala.

Airfinity mengatakan analisis risiko kematiannya menunjukkan antara 1,3 hingga 2,1 juta orang dapat meninggal dalam wabah COVID di China saat ini. Analisis oleh kelompok pemodelan lain juga memperkirakan sebanyak 2,1 juta kematian.

Airfinity memperkirakan gelombang tersebut dapat mencapai dua puncak, dengan infeksi kepada 3,7 juta orang sehari pada pertengahan Januari di wilayah di mana kasus saat ini meningkat. Lalu kembali meningkat menjadi 4,2 juta kasus dalam sehari pada bulan Maret di provinsi lain.

Baca Juga: Pelonggaran Kebijakan Covid-19 Mengangkat Prospek Saham Perusahaan Teknologi China

“Kasus saat ini meningkat paling cepat di Beijing dan provinsi selatan Guangdong. Pada tahun 2020, kami juga  membangun platform analisis dan intelijen kesehatan Covid-19 khusus pertama di dunia yang sekarang menjadi sumber terpercaya para pembuat keputusan dan media secara global," ujar Airfinity.

Minggu ini, seorang pakar medis terkemuka China mengatakan memang ada perbedaan perhitungan kematian Covid-19. Ia menyatakan hanya kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan gagal nafas setelah tertular Covid-19 yang akan diklasifikasikan sebagai disebabkan oleh virus corona.

Kepala Vaksin dan Epidemiologi Airfinity Dr Louise Blair mengatakan perubahan ini berbeda dengan negara lain. Sebab mencatat kematian dalam jangka waktu tes positif, sehingga ini bisa  mengecilkan tingkat kematian yang terlihat di China.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×