kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kena sanksi barat, Rusia ajak kerjasama China


Senin, 15 September 2014 / 09:41 WIB
Kena sanksi barat, Rusia ajak kerjasama China
ILUSTRASI. Jangan sampai kekurangan gizi & cairan tubuh, coba konsumsi 7 jenis minuman terbaik pengganti cairan tubuh yang hilang (dok/Live science)


Sumber: Reuters | Editor: Hendra Gunawan

MOSkWa. Rusia mulai melirik Asia sebagai sasaran investasi. Setelah mendapat sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), negara pecahan Uni Soviet ini menjalin kerjasama dengan China untuk menggarap 32 proyek ekonomi, seperti perbankan, petrokimia, emas, tembaga, minyak dan gas bumi.

Igor Shuvalov, Deputi Perdana Menteri Rusia mengunjungi China pada pekan lalu untuk membahas puluhan proyek tersebut. Menurut Shuvalov, negara-negara Asia seperti China tidak mendukung sanksi dari AS dan Uni Eropa.

China malah tertarik menjalin kerjasama dengan Rusia. "China mengumumkan setiap kali di awal pertemuan bahwa mereka tidak menerima sanksi apapun yang mereka anggap ilegal," ujar Shuvalov seperti dikutip Reuters.

Namun, belum ada keterangan berapa besar total nilai kerjasama antara China dan Rusia. Shuvalov melanjutkan, Rusia sedang belajar dari China tentang bagaimana pengalaman mereka dalam menghadapi sanksi dari negara barat setelah kejadian Tiananmen tahun 1989 silam.

"Jika kita melihat pengalaman tahun 1989 setelah peristiwa di lapangan Tiananmen, kami tentu saja telah memperhatikan apa yang terjadi dan bagaimana hal itu terjadi," tambah Shuvalov.

Bangun jaringan pipa gas

Di sektor minyak dan gas, Rusia menggandeng China untuk membangun jaringan pipa gas terbesar di dunia yang membentang dari China hingga wilayah Rusia Timur. Panjang pipa gas tersebut bisa mencapai 2.485 mil. Dijadwalkan, proyek yang dimulai tahun ini bisa kelar di tahun 2016.

Perusahaan asal Rusia, Gazprom telah meneken kontrak dengan China National Petroleum Corporation (CNPC) senilai US$ 400 miliar. Rusia akan menyuplai gas alam ke China sebanyak 38 miliar kaki kubik dalam jangka waktu 30 tahun.

Di sektor infrastruktur, Kedua negara tersebut juga sepakat membangun pelabuhan di wilayah laut Jepang yang masih masuk teritorial Rusia. Pelabuhan baru itu berjarak 18 kilometer dari perbatasan China dan berdekatan dengan Korea Utara.

Mengutip kantor berita Xinhua, pelabuhan tersebut akan memuat 60 juta ton kargo setiap tahunnya. Sehingga, pelabuhan tersebut akan setara dengan pelabuhan Immingham di Inggris ataupun Le Havre di Prancis.

Pada bulan Agustus 2014 lalu, kedua negara juga sepakat untuk mendirikan pusat logistik yang memungkinkan China menjual buah dan sayuran langsung ke Rusia. Hal ini untuk meminimalisir efek negatif dari embargo makanan kepada Rusia.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×