kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kena Sanksi Barat, Rusia Genjot Perdagangan dengan China


Minggu, 01 Mei 2022 / 15:31 WIB
Kena Sanksi Barat, Rusia Genjot Perdagangan dengan China
ILUSTRASI. Setelah mendapat sanksi dari negara-negara Barat, Rusia sepertinya mengandalkan China untuk memasok kebutuhan komoditas.


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Setelah mendapat sanksi dari negara-negara Barat, Rusia sepertinya mengandalkan China untuk memasok kebutuhan komoditas.

Rusia memperkirakan arus komoditas dengan China akan tumbuh dan perdagangan dengan Beijing bakal mencapai US$ 200 miliar pada tahun 2024. Arus perdagangan yang makin membesar ini karena China menghadapi isolasi yang meningkat dari Barat.

China telah menolak untuk mengutuk tindakan Rusia di Ukraina dan mengkritik sanksi Barat terhadap Rusia. Kedua negara telah memperkuat hubungan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mengumumkan kemitraan "tanpa batas" pada Februari lalu.

“Kami fokus pada pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh para kepala negara untuk membawa omset perdagangan bilateral menjadi US$ 200 miliar pada tahun 2024,” Georgiy Zinoviev, Kepala Departemen Asia Kementerian Luar Negeri Rusia kepada kantor berita Interfax seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Banyak Negara Membelot dari AS Saat Diminta Boikot Gas dan Minyak Rusia

Dengan perdagangan Rusia yang terkena sanksi, Zinoviev mengatakan diperlukan waktu untuk beradaptasi. Dia mengatakan perjuangan China melawan Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir juga menjadi faktor yang bisa memperumit upaya tersebut.

"Pebisnis China tetap tertarik untuk memperluas kehadirannya di Rusia, yang peluang tambahannya terbuka karena kepergian beberapa perusahaan Barat," kata Zinoviev.

Dia mengakui ada risiko tindakan sekunder yang dapat dihadapi perusahaan-perusahaan China jika mereka membantu Rusia menghindari sanksi. Tetapi peningkatan kerja sama yang signifikan mungkin terjadi.

"Jelas bahwa dalam situasi saat ini banyak operator ekonomi China harus berhati-hati, mengingat kemungkinan sanksi sekunder," kata Zinoviev.

"Saya yakin mitra kami dan kami akan dapat menggunakan situasi saat ini untuk kepentingan bersama kami dan sepenuhnya membuka potensi peningkatan kerja sama yang signifikan di semua bidang," ujarnya lagi.

Baca Juga: AS Tanggapi Santai Ancaman Rusia Gunakan Senjata Nuklir




TERBARU

[X]
×