Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK - Kerugian Federal Reserve (The Fed) mencapai US$ 100 miliar berdasarkan data terbaru yang dirilis.
Para pengamat memperkirakan kerugian ini dapat mencapai hingga US$ 200 miliar dalam waktu dekat. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga dan pembelian obligasi selama pandemi.
William English, dari Universitas Yale, memprediksi kerugian bisa mencapai puncaknya sekitar US$ 200 miliar pada 2025. Sementara Derek Tang dari LH Meyer memperkirakan kerugian antara US$ 150 miliar hingga US$ 200 miliar tahun depan.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Melemah Tajam Seiring Merosotnya Produsen Chip dan Megacaps
Kerugian The Fed direkam sebagai "aset yang ditangguhkan". Meskipun kerugian finansial, The Fed menekankan bahwa ini tidak mengganggu kebijakan moneter mereka. Faktor besar dari kerugian ini berasal dari kampanye The Fed untuk menaikkan suku bunga.
Selama pandemi, The Fed membeli obligasi secara agresif. Namun, saat ini, The Fed sedang mengurangi likuiditas dari sistem keuangan. Likuiditas yang ditujukan oleh The Fed terutama melalui cadangan bank dan fasilitas reverse repo.
James Bullard, mantan kepala Fed St. Louis, menyarankan The Fed mungkin seharusnya menyimpan sebagian dana yang telah diserahkan ke Departemen Keuangan untuk mengantisipasi kerugian. Namun, kebijakan saat ini yang telah ditetapkan oleh Kongres tidak mengizinkan hal tersebut.
Baca Juga: Tunggu Pertemuan FOMC, Rupiah Melemah Terbatas pada Pekan Ini
Dengan kerugian yang terus bertambah, masih menjadi pertanyaan apakah The Fed dapat kembali ke kondisi keuangan optimalnya. Meski begitu, beberapa pejabat di The Fed, seperti Presiden Fed New York John Williams, tetap optimis.