Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Kapal Induk Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) kembali menggelar latihan perang di Laut China Selatan yang disengketakan pada hari Jumat (14/8). Latihan perang itu dilakukan di tengah ketegangan AS dengan China yang menantang kehadiran militer AS di kawasan.
Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan mengatakan, latihan perang itu dipimpin kapal induk USS Ronald Reagen. Dalam latihan ini, USS Ronald Reagen melakukan latihan operasi penerbangan dan latihan stabilitas maritim kelas atas.
Komandan Angkatan Laut AS, Joshua Fagan, mengatakan, latihan itu dilakukan untuk meningkatkan integrasi dengan mitra AS di kawasan.
Baca Juga: Bersitegang dengan China, AS relokasi pembom B.52H yang bawa bom nuklir ke Guam
“Integrasi dengan mitra bersama kami sangat penting untuk memastikan daya tanggap dan mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” ujar Joshua, di atas kapal USS Ronald Reagen, seperti dilansir Reuters, Sabtu (15/8).
Latihan angkatan laut AS itu terjadi di tengah makin memanasnya hubungan AS-Tiongkok. Washington mengkritik respons Beijing atas respons virus corona yang justru dimanfaatkan untuk mendorong klaim teritorial China di Laut China Selatan dan tempat lain, di saat negara lain tengah sibuk menghadapi pandemi.
AS telah lama menentang klaim teritorial China yang luas di Laut China Selatan dan mengirim kapal perang secara teratur melalui jalur perairan strategis tersebut.
Baca Juga: Para pemimpin ASEAN kecam Beijing, 2 kapal induk AS latihan tempur di Laut Filipina
Sementara China juga keberatan dengan latihan perang AS di Laut China Selatan dan mengatakan penolakan AS atas klaimnya di Laut China Selatan telah meningkatkan ketegangan dan merusak stabilitas di kawasan.
Selama ini, China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan yang kaya akan sumber daya. Kawasan ini juga merupakan jalur perdagangan yang nilainya mencapai sekitar US$ 3 triliun per tahun.
Baca Juga: Mengenal USS Gerald R Ford, kapal induk terbaru AS seharga Rp 188 triliun
Brunei, Malaysia, FIlipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim wilayah yang tumpang tindih dengan China di Laut China Selatan.