Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dan China tak ada habis-habisnya. Saling tuding dan ancam terus dilakukan kedua negara dengan ekonomi terbesar di jaga raya itu. Belum usai perang dagang, konflik keduanya tampaknya bakal merambat juga ke perang mata uang.
AS saat ini tengah mempertimbangkan opsi baru untuk menghukum China karena kebijakan terbarunya terkait Undang-undang Keamanan Nasional Hong Kong. UU itu akan membuat Hong Kong kehilangan otonomi dan kebebasan seperti yang dijanjikan saat kembali dari Inggris ke China di tahun 1997.
Baca Juga: Australia lockdown kota Melbourne, cegah gelombang kedua corona
Sumber Bloomberg mengungkapkan, sejumlah penasehat utama Presiden Donald Trump telah mengajukan agar AS melemahkan mata uang Hong Kong terhadap dollar AS (USD) sebagai opsi perlawanan ke China.
Gagasan menyerang peg dollar Hong Kong kemungkinan akan dilakukan dengan membatasi kemampuan bank-bank di negara itu untuk membeli dollar AS. Usulan ini sudah dibahas sebagai bagian dari diskusi yang lebih luas diantara penasehat Menteri Luar Negeri AS.
Namun, gagasan itu belum diajukan ke pejabat level senior di Gedung Putih. Ini artinya, proposal opsi tersebut belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Trump.
Sumber tersebut menambahkan, proposal yang diajukan para penasehat utama tersebut ditentang keras oleh sebagian orang di pemerintahan karena khawatir langkah itu justru akan merugikan bank-bank AS dan Hong Kong, bukan China. Sehingga usulan itu ada di daftar paling bawah dari opsi-opsi yang sedang di bahas pemerintah Trump.
Baca Juga: AS Secara Resmi Umumkan Keluar dari WHO di Tengah Pandemi
Selain mengusulkan melemahkan dollar Hong Kong, opsi lain yang diajukan termasuk membatalkan perjanjian ekstradisi AS-Hong Kong dan mengakhiri kerja sama dengan polisi Hong Kong.
Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS menolak berkomentar saat dikonfirmasi. Begitu pula dengan Sekretaris Keuangan Hong Kong, Paul Chan. Sementara Bank Rakyat Tiongkok di Beijing tidak merespon pertanyaan Bloomberg.
Bulan lalu, Paul Chan mengatakan bahwa Bank Sentral Cina bisa menyediakan USD jika AS memberlakukan sanksi terhadap wilayah tersebut. Sementara Eddie Yue, kepala eksekutif Otoritas Moneter Hong Kong atau HKMA telah menyerukan langkah apa pun untuk menolak akses Hong Kong ke sistem kliring dolar AS akan mengirim gelombang kejut ke seluruh pasar keuangan global, termasuk AS.
Baca Juga: Korsel hukum Kim Jong Un bayar denda ke mantan tawanan perang Rp 505,2 juta
Xia Le, Kepala Ekonom Asia di BBVA Hong Kong mengatakan gagasan tersebut seperti senjata nuklir dan memberikan resiko baik bagi China maupun AS jika diterapkan. Menurutnya, secara teknis hal itu sulit direalisasikan.
Hong Kong telah mematok mata uangnya ke dolar AS sejak tahun 1983, memungkinkannya berfluktuasi dalam suatu kelompok yang cukup ketat yang umumnya berpusat di sekitar 7,8 per dolar AS. Mata uang tetap kuat karena keuntungan hasil atas greenback, permintaan untuk penjualan saham perusahaan Cina dan aliran persisten ke pasar ekuitas lokal.