Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Intelijen Arab Saudi melaporkan bahwa Iran sedang mempersiapkan serangan terhadap negaranya. Kerajaan itu kini telah berbagi informasi dan meminta bantuan Amerika Serikat (AS) untuk menentukan tanggapan.
Pejabat AS pada hari Selasa (1/11) menyampaikan keprihatinannya atas temuan Arab Saudi. Pihaknya kini terus melakukan koordinasi dengan Arab Saudi melalui koridor militer dan intelijen.
"Kami prihatin dengan gambaran ancaman, dan kami tetap berhubungan terus-menerus melalui saluran militer dan intelijen dengan Saudi. Kami tidak akan ragu untuk bertindak dalam membela kepentingan dan mitra kami di kawasan ini," kata Dewan Keamanan Nasional AS dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AP News.
Salah satu pejabat yang melaporkan hal ini bahkan mengatakan bahwa serangan bisa terjadi dalam waktu dekat atau dalam 48 jam.
Baca Juga: Instruktur Drone Iran Diduga Terlibat Langsung di Krimea untuk Membantu Pasukan Rusia
Kekhawatiran Arab Saudi semakin memuncak setelah pemerintahan Joe Biden di Washington mengkritik Iran atas tindakan kerasnya terhadap pengunjuk rasa beberapa waktu lalu.
AS juga terus menuduh Iran telah mengirim ratusan drone dan dukungan teknis militer lainnya ke Rusia dalam perang di Ukraina.
Merespons laporan tersebut, utusan Iran untuk PBB mengatakan bahwa klaim AS tersebut sama sekali tidak mendasar.
"Rezim Barat dan Zionis menyebarkan berita bias yang bertujuan untuk menciptakan suasana negatif terhadap Republik Islam Iran dan merusak hubungan positif Iran dengan negara-negara regional," kata utusan tersebut kepada AP News hari Rabu (2/11).
Baca Juga: Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal Balistik, Kali Ini Melintasi Jepang
AS dan Saudi menyalahkan Iran atas serangan besar di Arab Saudi timur pada 2019 yang mengurangi separuh produksi kerajaan kaya minyak dan menyebabkan harga energi melonjak.
Iran tentu membantah tuduhan tersebut. Namun, drone pembawa bom berbentuk segitiga buatan Iran ditemukan dalam serangan tersebut. Jenis drone yang sama juga terlihat digunakan oleh pasukan Rusia dalam perang mereka di Ukraina.
Saudi juga telah berulang kali merasakan serangan oleh rudal, drone, dan mortir yang diluncurkan oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Arab Saudi akhirnya membentuk koalisi untuk memerangi Houthi pada 2015. Aksi tersebut memicu kritik internasional karena serangan udaranya telah menewaskan sejumlah warga sipil.