Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) kini menduga ada peran langsung personel militer Iran dalam perang di Ukraina. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, pada hari Kamis (20/10) menyebut pasukan Rusia di Krimea menerima arahan langsung dari ahli drone Iran.
Dalam laporannya hari Kamis, Price juga mengonfirmasi bahwa bahwa personel militer Rusia yang berbasis di Krimea telah menggunakan kendaraan tak berawak (UAV) Iran dan melakukan serangan di seluruh Ukraina.
"Kami menilai bahwa personel militer Iran berada di lapangan, di Krimea, dan membantu Rusia dalam operasi ini. Kami memiliki informasi yang kredibel," ungkap Price, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Anggota Parlemen Rusia Minta Pegawai Negeri Stop Gunakan WhatsApp Buatan Barat
Meskipun demikian, Price tidak memberikan bukti apa pun dalam laporannya itu.
Sementara itu, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, menegaskan bahwa AS akan melakukan segala upaya untuk mengekspos, menghalangi dan menghadapi pasokan senjata Iran ke Rusia sambil tetap memberikan bantuan militer ke Ukraina.
Pemerintah AS disebut telah sangat menyadari betapa dekatnya hubungan antara Rusia dan Iran, terutama dalam urusan pertahanan dan keamanan.
"Iran dan Rusia, mereka dapat berbohong kepada dunia, tetapi mereka tentu saja tidak dapat menyembunyikan fakta, dan faktanya adalah: Teheran sekarang terlibat langsung di lapangan," kata Kirby.
Baca Juga: Iran Sepakat untuk Memasok Rusia dengan Lebih Banyak Rudal dan Drone
Rusia dan Iran juga telah terlibat dalam perang saudara selama 11 tahun di Suriah. Kedua negara secara aktif memberikan dukungan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Anggota Uni Eropa juga sudah menyetujui langkah-langkah baru terhadap Iran terkait dugaan keterlibatannya dalam perang di Ukraina.
Inggris bahkan telah memberlakukan sanksi terhadap tokoh-tokoh senior militer dan sebuah perusahaan yang katanya terlibat dalam pasokan pesawat tak berawak Iran ke Rusia.
Untuk saat ini belum ada respons dari pihak Rusia maupun Iran terkait laporan Gedung Putih tersebut.