Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menegaskan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kesiapan menghadapi perang.
Pesan Kim itu keluar saat dirinya mengunjungi universitas militer utama di Korea Utara, Kim Jong Il University of Military and Politics, pada hari Rabu (10/4).
"Sekaranglah waktunya untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi perang dibandingkan sebelumnya. Situasi militer dan politik sedang dalam kondisi tidak pasti dan tidak stabil di sekitar kita," kata Kim, dikutip Korean Central News Agency (KCNA), hari Kamis (11/4).
Baca Juga: NATO Mulai Awasi Negara-negara Sahabat Rusia
Dalam beberapa bulan terakhir, Kim memang telah secara terbuka meminta militernya untuk mengintensifkan persiapan perang.
Kim mengatakan, Korea Utara akan memberikan serangan yang mematikan kepada lawan tanpa ragu-ragu jika terprovokasi.
"Korea Utara harus lebih tegas dan sempurna dalam mempersiapkan perang, yang harus dimenangkan tanpa gagal, bukan hanya kemungkinan perang," lanjutnya.
Kim semakin terbuka menyampaikan kecamannya terhadap aktivitas militer Amerika Serikat dan Korea Selatan. Kim menyebut kedua sekutu ini telah memprovokasi ketegangan militer, melakukan manuver perang, serta mengadakan latihan militer dengan intensitas dan skala yang lebih besar.
Baca Juga: Korea Utara Kembali Uji Coba Rudal Balistik, Kini Mengarah ke Jepang
Bulan Maret lalu, Kim memerintahkan peningkatan persiapan perang setelah memeriksa pasukan di pangkalan operasi militer besar di bagian barat negara tersebut.
Awal bulan ini, mengawasi uji peluncuran rudal balistik jarak menengah hipersonik baru yang menggunakan bahan bakar padat. Para analis berpendapat, senjata ini akan meningkatkan kemampuan Korea Utara untuk mengerahkan rudal dengan lebih efektif dibandingkan varian bahan bakar cair.
Korea Utara juga telah meningkatkan pengembangan senjatanya di bawah kepemimpinan Kim dan telah menjalin hubungan militer dan politik yang lebih erat dengan Rusia. Korea Utara bahkan mulai dikaitkan dengan pengiriman senjata ke Rusia untuk membantu negara itu berperang di Ukraina.