Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TAIWAN. Militer Taiwan pada hari Kamis (11/8) memulai latihan militer di wilayah pesisir dengan skenario bertahan. Latihan ini digelar setelah China mengakhiri latihan militernya di sekitar Taiwan.
Juru bicara Korps Angkatan Darat Ke-8 Taiwan, Lou Woei-jye, mengatakan bahwa pasukannya menembakkan howitzer dan target suar sebagai bagian dari latihan pertahanan pada Kamis pagi. Latihan ini disebut hanya berlangsung sekitar satu jam.
Dilansir dari Channel News Asia, latihan berlangsung di wilayah paling selatan Taiwan. Dalam sebuah siaran langsung, diperlihatkan bahwa pasukan artileri ditempatkan berbaris di pantai. Pasukan kemudian mulai menembakkan howitzer ke laut satu demi satu.
Baca Juga: Kapal Perang China dan Taiwan Saling Berhadapan di Selat Taiwan
"Kami memiliki dua target dalam latihan ini, yang pertama adalah untuk memastikan artileri dalam kondisi dan perawatan yang tepat, dan yang kedua adalah untuk mengkonfirmasi hasil latihan tahun lalu," ungkap Lou.
Pihak militer juga melaporkan bahwa hari Selasa (9/8) mereka telah melakukan latihan militer serupa di wilayah Pingtung, yang melibatkan ratusan tentara.
Taiwan secara rutin menggelar latihan militer yang mensimulasikan pertahanan terhadap invasi China. Bulan lalu misalnya, militer Taiwan mempraktekkan serangan balasan dari laut lewat operasi bertajuk "operasi intersepsi bersama".
Operasi itu juga menjadi bagian dari latihan tahunan terbesar militer Taiwan.
Baca Juga: Rilis Buku Putih Tentang Taiwan, China Gaungkan Lagi Niat Unifikasi
Latihan baru di pinggir pantai ini dilakukan sehari setelah China mengumumkan telah menyelesaikan latihan militernya di sekitar Taiwan. Meski demikian, China memastikan akan tetap melakukan patroli di sekitar pulau tersebut.
Namun, di hari yang sama China juga merilis buku putih pertahanan baru yang secara khusus menyinggung Taiwan. Disebutkan bahwa China tidak akan meninggalkan penggunaan kekuatan militer terhadap upaya mengajak kembali Taiwan untuk bersatu.
"Kami siap untuk menciptakan ruang yang luas untuk reunifikasi damai, tetapi kami tidak akan meninggalkan ruang untuk kegiatan separatis dalam bentuk apa pun," tulis China dalam buku putihnya.