Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada akhir abad ke-20, Kodak adalah nama yang sangat dikenal di dunia fotografi, baik oleh fotografer amatir maupun profesional.
Dikenal sebagai pemimpin dalam industri kamera film, perusahaan ini pernah menjadi raksasa bernilai miliaran dolar berkat tingginya permintaan kamera film, terutama di Amerika Serikat.
Namun, meskipun pernah berada di puncak kejayaannya, Kodak kini dianggap sebagai bayangan dari perusahaan besar yang dulu mereka kenal.
Mengapa Kodak Gagal Beradaptasi?
Kodak mengajukan kebangkrutan pada tahun 2012, dan meskipun perusahaan tersebut masih beroperasi hingga kini, banyak yang berpendapat bahwa mereka adalah bayangan dari kejayaan masa lalu mereka.
Baca Juga: Perjalanan New York-London Hanya 54 Menit Lewat Terowongan Senilai Rp313 Triliun Ini
Mengutip unilad.com, banyak yang beranggapan bahwa kejatuhan Kodak disebabkan oleh kegagalannya beradaptasi dengan perubahan industri yang pesat, namun kenyataannya, kesalahan utama perusahaan tersebut jauh lebih besar dan terkait dengan keputusan yang diambil pada tahun 1975.
Pada tahun tersebut, seorang insinyur Kodak bernama Steve Sasson menemukan sesuatu yang revolusioner: kamera digital. Teknologi kamera tanpa film ini dianggap sebagai inovasi yang sangat potensial pada masanya.
Sasson menyadari bahwa temuannya bisa mengubah dunia fotografi dan dengan segera memperkenalkannya kepada para petinggi perusahaan. Namun, alih-alih menyambut penemuan ini, Kodak justru memilih untuk menekan dan mengabaikannya. Mereka bahkan meminta Sasson untuk menyembunyikan penemuannya dan tidak membicarakannya terlalu terbuka.
Keputusan Berisiko: Mengabaikan Inovasi Digital
Pada saat itu, keputusan Kodak untuk tidak mengeksplorasi lebih jauh teknologi kamera digital bisa dibilang adalah keputusan yang sangat menguntungkan secara finansial.
Penjualan film yang terpisah dari kamera adalah sumber pendapatan yang sangat menguntungkan bagi perusahaan, dan mereka khawatir bahwa pengenalan kamera digital akan merusak penjualan film mereka.
Baca Juga: Lebih Worth It Beli Mobil Tesla Model Y atau Model 3? Ini Perbandingan Kehematannya
Meskipun begitu, pada saat itu keputusan ini memang terlihat menguntungkan karena perusahaan masih meraup untung besar dari penjualan film dan kamera tradisional.
Namun, dalam jangka panjang, keputusan untuk tidak mengembangkan dan memasarkan kamera digital akhirnya menjadi salah satu kesalahan terbesar dalam sejarah perusahaan ini.
Meski Kodak terus menikmati keberhasilan selama beberapa tahun setelah itu, mereka gagal melihat perubahan besar yang terjadi dalam dunia teknologi dan bagaimana digitalisasi akan mengubah segalanya.
Kodak di Puncak Kejayaannya
Pada tahun 1996, Kodak mencapai puncak kejayaannya dengan nilai perusahaan mencapai US$31 miliar. Pada saat itu, meskipun persaingan semakin ketat, Kodak masih menjadi pemain utama dalam industri kamera.
Namun, meski begitu, perusahaan ini masih sangat bergantung pada penjualan film dan kamera film, sementara dunia fotografi mulai beralih ke era digital.
Krisis dan Kejatuhan: Tidak Bergerak Saat Saatnya Tiba
Ketika teknologi kamera digital berkembang dan akhirnya menjadi alternatif yang lebih praktis dan efisien dibandingkan dengan kamera film, hampir semua perusahaan kamera lainnya mulai beradaptasi dengan perubahan zaman.
Baca Juga: Daftar Maskapai Terbaik dan Terburuk Sepanjang Tahun 2024
Namun, Kodak tetap bertahan dengan teknologi lama dan film mereka, yang pada akhirnya membuat perusahaan ini tertinggal. Di tengah booming-nya kamera digital pada awal 2000-an, Kodak justru mulai kesulitan dan menghadapi penurunan tajam dalam penjualannya.
Pada akhirnya, keputusan untuk mengabaikan potensi besar kamera digital menyebabkan Kodak terperangkap dalam masa lalu, sementara kompetitor mereka berkembang pesat dengan teknologi baru.
Keputusan ini akhirnya mengarah pada kebangkrutan mereka pada tahun 2012, sebuah keputusan yang seharusnya dapat dihindari jika mereka lebih terbuka terhadap perubahan.
Era Digital dan Kodak: Sebuah Relik dari Masa Lalu
Kini, kamera digital dan ponsel pintar adalah alat utama untuk mengambil foto, sementara kamera film yang dulu sangat populer kini hanya digunakan oleh fotografer yang menghargai estetika klasik atau penggemar nostalgia abad ke-20.
Kodak, yang dulu dikenal sebagai pemimpin di dunia fotografi, kini hanya menjadi bagian dari sejarah, dikenang sebagai contoh perusahaan besar yang gagal beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat.