Sumber: Bloomberg | Editor: Uji Agung Santosa
KUALA LUMPUR. Ringgit menjadi mata uang berkinerja paling buruk di Asia pada kuartal terakhir tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah: harga minyak mentah dunia yang anjlok sangat dalam sehingga memukul pendapatan negara Pemerintah Malaysia.
Di sisi lain, anggaran belanja negara Malaysia meningkat karena inflasi. "Sepertinya Pemerintah Malaysia akan memperketat pengeluaran negara untuk mengantisipasi jatuhnya pendapatan dari sektor minyak dan gas," ujar Tamara Henderson, ekonom Bloomberg Intelligence.
Tapi, Zeti Akhtar Aziz, Gubernur Bank Negara Malaysia, bank sentral negeri jiran, mengatakan, akhir pekan lalu posisi fiskal pemerintahnya membaik dan nilai tukar ringgit menguat, sekalipun di bawah bayang-bayang pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Jumat (24/4) pekan lalu, ringgit menguat 1,2%. Ini merupakan penguatan paling tinggi di antara 11 mata uang negara Asia lainnya menurut Bloomberg. Cuma, Frederic Neumann, ekonom HSBC Holdings Plc, bilang, Malaysia berdiri sebagai pasar yang terlihat lebih rentan.