Sumber: Reuters | Editor: Mesti Sinaga
Korea Selatan (Korsel) tengah bergulat dengan wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Hari ini, Korsel mengonfirmasi adanya 5 kasus baru penyakit MERS.
Dengan penambahan kasus baru ini, maka jumlah pasien MERS mencapai 30 orang sejak merebaknya wabah MERS di negara tersebut dua pekan lalu. Dua di antaranya sudah meninggal dunia.
Setelah kematian dua orang terjangkit virus MERS diumumkan Selasa kemarin, kekhawatiran melanda Korsel. Sejauh ini, Korsel memang merupakan negara dengan kasus MERS terbanyak di luar Timur Tengah, di mana penyakit ini pertama kali ditemukan.
Saat ini, Korsel telah mengarantina dan mengisolasi sekitar 1.300 orang yang kemungkinan terinfeksi MERS.
Menteri Pendidikan Korea Selatan mengatakan, lebih dari 200 sekolah telah ditutup untuk seminggu. Sebagian sebagian sekolah tersebut berada di Provinsi Gyeonggi di sekitar Seoul, di mana terjadi kematian pasien MERS yang pertama.
Dari lima pasien kasus MERS yang baru ditemukan, empat orang berada di rumah sakit yang sama dengan pasien pertama, lelaki berusia 68 tahun yang baru kembali dari kunjungannya ke beberapa begara di Timur Tengah.
Alhasil, tekanan terhadap pemerintah Korsel meningkat agar mengumumkan nama rumah sakit yang merawat pasien yang terinfeksi MERS
Otoritas kesehatan Korsel memang menegaskan pentingnya merahasiakan identitas rumah sakit tersebut. Namun, namun jajak pendapat yang dipublikasikan hari ini menunjukkan 83% responden menuntut pemerintah mengumumnkan identitas rumahs akit tersebut.
Menurut Ian Jones, spesialis virology di Britain's University of Reading yang telah mencermati perkembangan MERS sejak penyakit ini muncul, mengatakan, transparansi akan membantu usaha menghentikan penyebaran wabah MERS.
“Terbukalah mengenai kasusnya, lokasi dan kondisi mereka, ini adalah kontrol yang terbaik, meskipun hal ini akan menimbulkan keresahan untuk jangka pendek,” ujar Jones.
MERS pertama kali ditemukan pada manusia tahun 2012. MERS disebabkan oleh virus Corona, jenis virus yang masih satu keluarga dengan virus penyebab SARS. Namun, data WHO menunjukkan, MERS lebih berbahaya dengan tingkat kematian 38%.
Gejala SAR antara lain batuk, demam dan sesak nafas. Hal ini, menurut WHO, bisa mengakibatkan gagal nafas.
Meskipun belum ada kepastian penyebaran dari manusia ke manusia, namun skenario terburuk menyebutkan, virus yang berasal dari dari Timur Tengah tersebut telah menyebar dengan cepat -seperti halnya Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang mewabah di 2002-2003 - telah membunuh sekitar 800 orang di seluruh dunia.
Berdasar data WHO, dengan adanya kasus MERS yang baru ini, maka jumlah kasus MERS di seluruh dunia bertambah menjadi 1.166, di mana 436 di antaranya mengalami kematian.
WHO tidak merekomendasikan pelarangan perdagangan atau kunjungan ke Korsel. Namun menurut kantor Kementerian Keseharan Korea Selatan, otoritas mereka di perbatasan telah memberlakukan larangan bagi pelancong asing yang berpotensi terinfeksi MERS.