Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan memindahkan kapal perang yang beroperasi di dekat Selat Hormuz untuk menciptakan suasana kondusif menjelang negosiasi dengan Iran atas penyitaan sebuah kapal tanker minyak dan awaknya.
Mundurnya kapal perang dari Unit Anti-Pembajakan Cheonghae terjadi sebelum delegasi Korea Selatan, yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Choi Jong-kun, tiba di Teheran pada 10 Januari untuk melakukan pembicaraan.
Korps Garda Revolusi Islam Iran menyita MT Hankuk Chemi atas tuduhan pencemaran lingkungan pada 4 Januari lalu. Kapal tanker, yang sedang dalam perjalanan dari Arab Saudi ke Uni Emirat Arab, itu membawa 20 awak, termasuk dua warga negara Indonesia.
"Untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi perundingan, Unit Cheonghae, yang ditanggapi secara sensitif oleh Iran, ditarik (dari Selat Hormuz)," kata sumber diplomatik Korea Selatan kepada Yonhap, Senin (18/1).
"Itu adalah keputusan untuk mengirim sinyal persahabatan ke Iran sebelum negosiasi," ujar dia.
Baca Juga: 2 WNI ada di kapal tanker Korea Selatan yang ditahan Angkatan Laut Iran
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menolak untuk mengkonfirmasi penarikan kapal perang tersebut.
"Kami meminta pengertian Anda, karena kami tidak dapat memastikan apa pun tentang operasi Unit Cheonghae," sebutnya tanpa menyebut nama.
Tak lama setelah penyitaan, Korea Selatan mengirim kapal perusak Choi Young dari Unit Cheonghae ke perairan dekat Selat Hormuz.
Iran tidak senang
Duta Besar Iran untuk Korea Selatan Saeed Badamchi Shabestari menyampaikan ke Seoul atas ketidaksenangan negaranya atas penempatan kapal perang tersebut.
Pembicaraan pekan lalu untuk mengamankan pembebasan kapal tanker berakhir dengan sedikit kemajuan, karena Teheran mengklaim penyitaan itu sepenuhnya merupakan "masalah teknis" yang tunduk pada peraturan hukum dan yudisial.
Baca Juga: Kapal perusak Korea beroperasi di Selat Hormuz, respons penyitaan tanker oleh Iran
Spekulasi yang berkembang menyebutkan, penyitaan tersebut terkait dengan kemarahan Iran atas pembekuan aset senilai US$ 7 miliar di Korea Selatan di bawah sanksi Amerika Serikat (AS).
Iran telah menyerukan pembukaan akses ke aset yang dibekukan untuk membantu memerangi pandemi Covid-19.
Para pengamat mengatakan, prospek untuk pelepasan kapal tanker dan awaknya tetap suram, lantaran kepatuhan Iran pada proses peradilan telah meninggalkan sedikit ruang untuk solusi diplomatik.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Korea Selatan lainnya membenarkan, Iran mengajukan permintaan untuk menggunakan sebagian dari dana yang dibekukan untuk melunasi biaya keanggotaan PBB yang menunggak.
Iran menyatakan, pihaknya menyampaikan permintaan kepada Korea Selatan tentang dana yang dibekukan tersebut, menurut laporan Kantor Berita Republik Islam (IRNA).
"Kami sedang berkonsultasi dengan badan-badan terkait dan PBB untuk melihat opsi apa yang kami miliki," kata pejabat itu tanpa menyebut nama dan menjelaskan lebih lanjut kepada Yonhap.