Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
Sejak dahulu kala, anggapan bangsa superior menghiasi sejarah dunia. Sebut saja bangsa Yahudi, Arya hingga Jepang. Yang terakhir masih sangat kental terlihat. Coba saja melongok korporasi Jepang.
Sejumlah perusahaan raksasa Jepang dimotori oleh orang asli Jepang. Bahkan, label produk pun merupakan nama-nama yang khas Jepang, semisal Toyota. Namun, sentimen anti bangsa asing tampaknya segera berakhir. Kendati ekonomi Jepang menempati peringkat ke-3 terkuat di dunia, raksasa korporasi Jepang kini mulai terbuka terhadap kehadiran bangsa lain.
Akhir pekan lalu, Honda Motor Co secara terbuka menyatakan keinginan membuka pintu direksi bagi asing. Saat ini, seluruh jajaran direksi raksasa otomotif ini diisi oleh warga keturunan asli Jepang. "Kami berpikir sangat serius tentang masuknya direksi non Jepang," ujar Tetsuo Iwamura, Executive Vice President Honda.
Sumber Reuters berbisik, direksi asing di manajemen Honda berpotensi masuk dalam waktu dekat. "Honda bahkan telah berkonsultasi dengan sejumlah perbankan Jepang tentang masuknya direksi asing," tambah sumber itu. Keinginan Honda membuka pintu direksi bagi asing tak lepas dari kinerja yang melempem. Saat ini, Honda merupakan produsen otomotif terbesar ketiga asal Jepang.
Popularitas Honda tertinggal di belakang Toyota Motor Corp dan Nissan Motor Co. Padahal, Honda merupakan raksasa otomotif pertama yang mendunia alias go global. Sejak tahun 1982 silam, Honda telah menjejakkan kaki di pasar Amerika Serikat (AS). Kini, sebanyak 80% pendapatan Honda berasal dari penjualan mobil di pasar global.
Kemunculan direksi asing dinilai bisa membantu Honda mewujudkan ambisinyamembidik target penjualan mobil sebesar enam juta unit per tahun di tahun 2017. Jumlah ini naik 50% dari realisasi penjualan Honda di akhir tahun 2013. "Beberapa orang di top manajemen melihat perlunya direksi asing untuk menjalin kerjasama dengan kawasan di luar Jepang. Ini terkait efisiensi bagi Honda," ujar sumber Reuters.
Dalam beberapa tahun terakhir, korporasi Jepang mendapat tekanan investor untuk membuka diri bagi asing. Kedatangan direksi asing dinilai bisa memberikan perspektif global bagi perusahaan. Tradisi selama ini, korporasi Jepang menunjuk direksi dari lingkungan internal perusahaan, yakni pekerja laki-laki yang telah mengabdi puluhan tahun bagi perusahaan.
Selama ini manajemen perusahaan otomotif Jepang menolak membawa orang asing ke kantor pusat di Tokyo. "Mereka menganggap asing sebagai manajer regional saja sudah cukup membuat perusahaan punya perspektif global," bisik sumber Reuters.
Saat ini, Honda telah menempatkan segelintir asing sebagai orang nomor satu di kawasan regional. Misal, John Mendel memimpin American Honda Motor sekaligus VP Penjualan Global Honda. Ada pula Mike Accavitti sebagai Senior VP Auto Operation Honda.
Sejatinya, langkah Honda menyusul Toyota dan Nissan. Dua raksasa motor Jepang ini telah terlebih dahulu mendobrak tradisi korporasi Jepang. Contohnya Nissan. Produsen otomotif terafiliasi Renault SA ini dipimpin oleh Carlos Ghosn, pria berkebangsaan Prancis dan Lebanon.
Di Nissan, sebanyak 15 dari total 58 direksi merupakan non Jepang. Bahkan satu di antaranya merupakan perempuan.
Tahun 2013 lalu, Toyota menunjuk pria asal AS, Mark Hogan, sebagai salah satu direksi. Saat ini, Toyota memiliki tujuh direksi asing dari total 68 direksi, satu diantaranya perempuan.