Sumber: The Guardian | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Korea Selatan resmi mengeluarkan peringatan perjalanan tingkat tertinggi (“kode hitam”) untuk sejumlah wilayah di Kamboja menyusul meningkatnya kasus penipuan pekerjaan, penyanderaan, dan kekerasan yang menimpa warganya.
Larangan perjalanan tersebut mencakup kota perbatasan Poipet dan Bavet, serta wilayah Gunung Bokor di Provinsi Kampot, sekitar 140 km barat daya Phnom Penh. Di kawasan terakhir ini, seorang mahasiswa Korea berusia 22 tahun dilaporkan disiksa hingga tewas pada Agustus lalu.
Puluhan Warga Korsel Ditahan dan Hilang
Menurut pejabat Seoul, sekitar 60 warga Korea Selatan saat ini masih ditahan oleh otoritas Kamboja setelah dilakukan penindakan terhadap jaringan penipuan daring. Sementara itu, sekitar 80 orang lainnya belum diketahui keberadaannya.
“Kami sedang berupaya memastikan pemulangan mereka paling lambat akhir pekan ini,” ujar Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Wi Sung-lac, yang memimpin satuan tugas darurat untuk memulangkan para korban.
Baca Juga: Korea Selatan Optimistis Perundingan Tarif dengan AS Capai Kesepakatan
Namun, pemerintah mengakui bahwa situasi ini sangat kompleks. Wi menambahkan bahwa warga yang dipulangkan akan tetap menjalani pemeriksaan hukum sesuai tingkat keterlibatan mereka dalam jaringan kriminal tersebut.
Lonjakan Kasus Penculikan dan Penipuan Kerja
Kasus penculikan terhadap warga Korea di Kamboja meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir. Para korban umumnya terjebak tawaran kerja bergaji tinggi, lalu dikurung di kompleks tertutup dan dipaksa melakukan operasi penipuan daring.
Kesaksian korban yang berhasil diselamatkan menggambarkan kondisi yang sangat kejam. Mereka mengaku disetrum dan dipukuli dengan pipa logam oleh pengawas berkebangsaan Tiongkok.
“Saya tidak tahu apakah saya pingsan atau hanya kehilangan tenaga. Saya bahkan tidak bisa berteriak,” tutur salah satu korban kepada kantor berita Yonhap.
Seorang warga Korea yang tinggal di Kamboja menambahkan bahwa kematian di kompleks-kompleks itu bukan hal langka. Ia juga menuduh sebagian korban dijual ke sindikat kejahatan terorganisir, bahkan diambil organ tubuhnya ketika tidak lagi bisa bekerja atau tak memiliki nilai ekonomi.
Delegasi Tinggi Korsel Dikirim ke Phnom Penh
Sebagai langkah tanggap darurat, delegasi tingkat tinggi Korea Selatan yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Kedua Kim Jina tiba di Phnom Penh pada Rabu malam (15 Oktober).
Tim tersebut terdiri atas pejabat dari Kementerian Kehakiman, Kepolisian, dan Badan Intelijen Nasional, dengan misi utama memfasilitasi pemulangan para warga yang ditahan.
Baca Juga: Ketegangan Mereda, Trump-Xi Jinping Tetap Dijadwalkan Bertemu di Korea Selatan
Opsi penerbangan carter tengah dipertimbangkan untuk mempercepat proses repatriasi. Namun, sejumlah warga dilaporkan enggan kembali ke Korea Selatan, memperumit upaya pemulangan.
Kasus Kematian di Perbatasan Vietnam-Kamboja
Secara terpisah, otoritas Korea Selatan juga tengah menyelidiki kematian seorang perempuan berusia 30-an yang ditemukan di dekat perbatasan Vietnam–Kamboja pekan lalu. Polisi menduga kasus tersebut berkaitan dengan jaringan penipuan lintas negara yang sama.
Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja Kim Young-hoon mengumumkan rencana bertemu pengelola situs rekrutmen daring untuk memperkuat sistem penyaringan terhadap iklan lowongan kerja palsu.
Menurut Wi Sung-lac, krisis ini mengungkap fakta bahwa sekitar 1.000 warga Korea Selatan telah terjebak dalam industri penipuan daring di Kamboja. Industri tersebut diyakini melibatkan lebih dari 200.000 orang dari berbagai negara, yang menjalankan operasi penipuan digital berskala global.