Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Duta Besar Korea Utara untuk PBB Kim Song mengatakan pada hari Selasa (29/9/2020), bahwa Korea Utara memiliki "pencegah perang yang andal dan efektif untuk pertahanan diri". Kini, Korut akan fokus pada pengembangan ekonominya, meskipun dia mengakui sanksi internasional adalah penghalang atas rencana tersebut.
Melansir Reuters, saat berpidato di depan Majelis Umum PBB, Kim juga mengatakan "situasi anti-epidemi di negaranya sekarang di bawah kendali yang aman dan stabil" sebagai hasil dari tindakan yang diambil untuk menahan penyebaran virus corona baru. Korea Utara mengatakan tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi, meskipun beberapa pejabat AS meragukan klaim itu.
Kim menjelaskan, saat ini Pyongyang menghadapi kerusakan ekonomi yang signifikan dari penutupan perbatasan yang ketat dan tindakan lain yang bertujuan untuk mencegah wabah virus corona dan berjuang untuk mengatasi kerusakan akibat badai dan banjir baru-baru ini. Padahal, sebelumnya, ekonomi Korut sudah terbebani oleh sanksi internasional yang keras atas program rudal nuklir dan balistiknya.
“Berdasarkan jaminan yang dapat diandalkan untuk menjaga keamanan negara dan rakyat, DPRK sekarang mengarahkan semua upayanya untuk pembangunan ekonomi,” kata Kim, yang menggunakan nama resmi negaranya - Republik Demokratik Rakyat Korea.
Baca Juga: Negara pimpinan Kim Jong Un langgar sanksi PBB, termasuk eks pemain Juventus
“Faktanya kami sangat membutuhkan lingkungan eksternal yang mendukung pembangunan ekonomi. Tapi, kami tidak bisa menjual martabat kami hanya dengan harapan akan transformasi yang brilian - martabat yang kami pertahankan sama berharganya dengan hidup kami sendiri. Ini adalah posisi teguh kami,” jelasnya seperti yang dilansir Reuters.
Dia mengatakan Korea Utara masih terancam oleh perangkat keras militer seperti pesawat tempur siluman yang digunakan di Semenanjung Korea dan segala jenis serangan nuklir langsung ditujukan ke DPRK.
Baca Juga: Penjaga pantai: Pejabat perikanan Korsel diduga mencoba membelot ke Korea Utara