Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Latihan militer gabungan antara AS dan Korea Selatan resmi dimulai pada hari Senin (13/3). Di saat yang sama, Korea Utara melakukan uji coba peluncuran rudal dari kapal selam.
Media resmi Korea Utara, KCNA, mengatakan peluncuran tersebut menunjukkan kehebatan sistem serta menguji operasi ofensif bawah laut dari unit kapal selam Korea Utara.
Dijelaskan pula bahwa unit kapal selam tersebut merupakan bagian dari satuan penangkal nuklir Korea Utara.
"Rudal jelajah strategis ditembakkan dari kapal selam 8.24 Yongung di perairan lepas pantai timur Korea Utara pada Minggu (12/3) dini hari. Rudal menempuh jarak sekitar 1.500 kilometer sebelum mengenai sasaran di laut," ungkap KCNA pada hari Senin, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Korea Utara Desak PBB untuk Mengakhiri Latihan Militer Korea Selatan-AS
Korea Utara memang memiliki armada kapal selam yang besar. Kapal 8.24 Yongung merupakan satu-satunya kapal selam rudal balistik eksperimental yang diketahui secara umum.
Hari Kamis (9/3) lalu, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memerintahkan militer untuk mengintensifkan latihan dalam rangka mencegah dan menanggapi perang nyata jika terjadi.
Kim juga telah mengadakan pertemuan partai penguasa untuk membahas dan memutuskan langkah-langkah penting dan praktis untuk meningkatkan pencegahan perang di tengah peningkatan aktivitas militer AS dan Korea Selatan.
Baca Juga: AS-Korsel Gelar Latihan Gabungan Terbesar Sejak Tahun 2017
Latihan Militer Gabungan AS dan Korea Selatan
AS dan Korea Selatan akan menggelar latihan gabungan skala besar pada 13-23 Maret. Latihan gabungan ini disebut jadi yang terbesar sejak tahun 2017.
Awal bulan ini, perwakilan militer kedua negara menjelaskan bahwa latihan bertajuk "Freedom Shield" ini akan bertujuan untuk memperkuat postur pertahanan gabungan aliansi mereka.
Tidak hanya itu, dalam pengumuman Freedom Shield di Seoul, kedua negara juga secara terbuka menyebut bahwa latihan kali ini merupakan persiapan menghadapi ancaman agresi Korea Utara.
Baca Juga: Ingatkan Ancaman Perang, Kim Jong Un Minta Militernya Lebih Intensif Berlatih
"Freedom Shield dirancang untuk memperkuat kemampuan pertahanan dan respons aliansi dengan berfokus dalam skenario latihan pada hal-hal seperti perubahan lingkungan keamanan, agresi DPRK (Korea Utara), dan pelajaran yang dipetik dari perang dan konflik baru-baru ini," kata aliansi dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
Freedom Shield tahun ini diklaim akan menampilkan latihan lapangan dalam skala terbesar sejak tahun 2017, masa sebelum mantan Presiden AS Donald Trump mengurangi latihan publik untuk memfasilitasi diplomasi dengan Korea Utara.
Korea Utara mengatakan operasi militer gabungan semacam itu adalah bukti bahwa AS dan para sekutunya memang sengaja memicu permusuhan.