kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit online mengancam ekonomi China


Sabtu, 19 Maret 2016 / 14:30 WIB
Kredit online mengancam ekonomi China


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina

Wajah Fu Songtao berseri. Pegawai perusahaan BUMN China ini akhirnya bisa mewujudkan mimpinya memiliki apartemen seharga 3 juta yuan di pinggiran kota Shanghai.

Sama seperti kaum pekerja China lainnya, Songtao tidak memiliki duit cukup untuk membayar uang muka properti yang dia beli. Beruntung, sang agen properti menyodorkan pinjaman tanpa bunga lewat perusahaan kredit online dengan skema antar anggota alias peer to peer (P2P).

Songtao berhasil meminjam 380.000 yuan atau US$ 58.000 dari perusahaan kredit online tersebut.  Utang itu cukup untuk membayar separuh dari kebutuhan uang muka apartemen.

"Bunga pinjaman dari kredit online disubsidi oleh agen. Semua yang saya kenal mengambil kredit online. Jadi, kenapa tidak?" ujar lelaki berusia 29 tahun ini kepada Bloomberg. Pengalaman Songtao merupakan satu dari jutaan penduduk China yang terjangkit wabah gemar meminjam duit dari perusahaan pembiayaan online. Gambaran saja, total penyaluran kredit dengan skema P2P mencapai 924 juta yuan di Januari, naik tiga kali lipat ketimbang posisi Juli 2015.

Lembaga riset Yingcan Group menyebutkan, pinjaman untuk properti mendorong kenaikan kredit online sebesar 163% menjadi 115,5 miliar yuan atau US$ 18 miliar di sepanjang 2015. Kucuran kredit online tumbuh lebih tinggi 21% daripada kenaikan kredit pemilikan rumah (KPR) lewat bank konvensional.
“Kredit uang muka rentan merusak sistem finansial, sama seperti yang terjadi pada krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS)," ujar Hu Xingdou, Ekonom Beijing Institute of Technology.

Maraknya kredit online untuk membeli properti mendapat perhatian khusus Bank Sentral China (PBoC). Wakil Gubernur PBoC Pan Gongsheng menyatakan, uang muka properti dari agen, developer, dan kredit online meningkatkan risiko sistem keuangan dan pasar properti. "PBoC akan bekerjasama dengan regulator terkait untuk memberantas praktik seperti itu," ujar Gongsheng. Rumor beredar, PBoC tengah menggodok regulasi baru untuk mengatur penyaluran kredit lewat platform online.

Saat ini, setidaknya ada 2.500 situs yang menawarkan kredit P2P. Seperempat dari jumlah itu membidik kredit rumah tangga. Sementara, sekitar 660 P2P menawarkan produk deposito, KPR, hingga kredit renovasi properti senilai 115,5 miliar yuan atau 23% dari total kredit 2015. Sejatinya, praktik shadow banking bukanlah ancaman baru bagi ekonomi China. Industri pembiayaan di luar sistem perbankan ini telah memiliki aset 500 miliar yuan.

Juli 2015, Pemerintah China melarang pemberian kredit online untuk keperluan pembelian saham. Alasannya, meredam gejolak bursa yang kala itu memakan habis  nilai pasar saham China sebesar US$ 5 triliun. Kredit online properti menjadi bumerang baru bagi ekonomi China lantaran pemain bermodal kuat bermunculan.

Mulai dari broker properti Shenzhen World Union Properties Consultancy hingga konglomerasi keuangan Ping An Insurance memiliki unit bisnis khusus yang menawarkan pinjaman berbasis online. Dus, maraknya pinjaman uang muka diprediksi memicu bubble properti.                    




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×