kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Harga obligasi anjlok, properti China melejit


Sabtu, 05 Maret 2016 / 09:30 WIB
Harga obligasi anjlok, properti China melejit


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SHANGHAI. Ekonomi China terus bergerak dinamis. Setelah gejolak di bursa finansial agak mereda, kali ini luapan menghampiri pasar properti. Uang panas yang ditarik investor dari pasar finansial kini meluncur ke properti.

Gejalanya, harga properti di kota-kota besar di Negeri Tembok Raksasa meningkat drastis. Misalnya, harga rumah di Shenzhen yang merupakan pusat bisnis China Selatan melonjak hingga 52% selama 12 bulan terakhir.

Seirama, harga hunian di Shanghai naik 18%. Secara total, harga rumah baru mendaki di 25 kota di China selama Januari 2016. Angka ini lebih banyak dari Desember 2015 yang cuma 21 kota. Lonjakan harga properti ini dinilai sebagai imbas dari aksi panik beli para investor.

Di sisi lain, aksi beli properti justru membuat pasar obligasi meradang. Imbal hasil surat utang korporasi naik 70 basis poin (bps). Padahal, yield obligasi korporasi sempat merosot ke level terendah dalam delapan tahun pada Januari lalu.

"Pembelian properti akan terus menyakiti pasar obligasi. Uang yang masuk ke properti tidak akan keluar dengan mudah karena investasi jangka panjang," ujar Ji Weijie, analis kredit dari China Securities Co., seperti dikutip Bloomberg, Jumat (4/3).

Aksi carry trade ke pasar properti juga dipicu oleh status bubble di pasar obligasi. Analis global ramai-ramai menilai, pasar obligasi China bakal runtuh mengikuti nasib bursa saham negeri ini. Sejak tahun lalu investor asing menarik dananya keluar dari pasar obligasi China.

Beruntung, pembelian oleh investor lokal masih menolong terjadinya permintaan. Prospek buruk Selama dua bulan pertama tahun ini, penerbitan obligasi korporasi China meroket 105% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Tapi, kenaikan harga properti membuat korporasi mulai was-was.

Mereka khawatir prospek pasar obligasi terus memburuk sehingga menyulitkan penerbitan surat utang swasta. Padahal, tahun ini jatuh tempo obligasi korporasi China mencapai 4,8 triliun yuan atau US$ 735 miliar. Tambah lagi, sejumlah faktor membuat prospek pasar obligasi China makin buruk.

Hua Chuang Securities meramal, kenaikan harga rumah di China bisa memicu inflasi dan berujung pada penghentian kebijakan stimulus. Celakanya, sedikitnya ada sembilan perusahaan China berstatus gagal bayar utang (default) dalam dua tahun terakhir.

Pekan ini lembaga pemeringkat Moody's memangkas prospek surat utang 38 korporasi China dari stabil menjadi negatif. Hitungan Moody's, utang korporasi China telah menembus level 247% terhadap produk domestik bruto (PDB).



TERBARU

[X]
×