Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIRUT. Krisis ekonomi Lebanon akan segera memasuki fase terburuknya. Baru-baru ini, UNICEF melaporkan, pasokan air bersih ke seluruh negeri akan segera berhenti.
UNICEF pada Jumat (23/7) pekan lalu mengungkapkan, lebih dari 4 juta orang Lebanon berisiko kehilangan akses ke air bersih karena kekurangan dana. Jumlah ini setara 70% populasi Lebanon 6,7 juta jiwa.
"UNICEF memperkirakan, sebagian besar pemompaan air secara bertahap akan berhenti di seluruh negeri dalam empat hingga enam minggu ke depan," ungkap badan PBB tersebut, seperti dikutip Reuters.
Krisis ekonomi Lebanon masih terus berlanjut, mendorong lebih dari separuh penduduknya ke dalam kemiskinan. Mata uang Lebanon juga kehilangan lebih dari 90% nilainya dalam waktu kurang dari dua tahun.
Baca Juga: Militer Israel lancarkan serangan balasan ke Lebanon
Kekurangan barang-barang pokok, seperti bahan bakar dan obat-obatan, jadi hal yang sangat lazim terjadi di Lebanon dalam beberapa tahun terakhir.
UNICEF mengatakan, jika sistem pasokan air publik runtuh, biaya air bisa melonjak 200% per bulan karena air akan diamankan dari pemasok air swasta.
"Jika tindakan penting tidak segera diambil, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum penting tidak akan dapat berfungsi," kata Perwakilan UNICEF di Lebanon, Yukie Mokuo.
Menurut hitung-hitungan UNICEF, Lebanon setidaknya membutuhkan sekitar US$ 40 juta per tahun untuk mengamankan tingkat minimum bahan bakar, klorin, suku cadang, dan pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga sistem pengairan yang kritis agar tetap beroperasi.