kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krisis Ekonomi Parah, Warga Lebanon Rampok Bank untuk Mendapatkan Uang Mereka Sendiri


Jumat, 07 Oktober 2022 / 06:38 WIB
Krisis Ekonomi Parah, Warga Lebanon Rampok Bank untuk Mendapatkan Uang Mereka Sendiri
ILUSTRASI. Belasan bank di Lebanon telah dirampok oleh nasabahnya sendiri pada tahun ini. REUTERS/Aziz Taher


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIRUT. Belasan bank di Lebanon telah dirampok oleh nasabahnya sendiri pada tahun ini. Mereka menuntut untuk mengambil uang milik mereka sendiri.

Melansir BBC, pada hari Selasa (4/10/2022), bahkan seorang anggota parlemen dan seorang pensiunan diplomat melakukan aksi perampokan di sejumlah cabang bank tempat mereka menyimpan uang.

Lebanon menghadapi krisis keuangan yang menghancurkan dan bank telah memberlakukan pembatasan penarikan yang ketat.

Wartawan BBC Rachael Thorn telah berbicara dengan seorang wanita yang menyerbu bank dengan pistol mainan, untuk mengambil $ 13.000 yang merupakan uang milik keluarganya.

Sementara itu, melansir Reuters, bagi pedagang senjata Abu Walid, krisis politik di Lebanon berarti keuntungan besar bagi bisnisnya. Dia bilang, dia harus mengikuti permintaan pelanggan.

"Pasar sangat bagus sekali. Jika ada pabrik senjata di Lebanon hari ini, mereka tidak akan mampu memenuhi permintaan," katanya.

Dia juga menambahkan bahwa harga Kalashnikov - jenis senjata terlarisnya - telah naik tiga kali lipat dari sebelumnya US$ 1.000.

Baca Juga: Konflik Dengan Saudi Menambah Pukulan Ekonomi Lebanon, Pelaku Industri Jadi Tumbal

Pembelian senjata oleh faksi politik oposisi turut membunyikan lonceng alarm bagi Lebanon yang takut akan terjadinya perebutan kekuasaan yang pahit di negara mereka. Mereka khawatir, perebutan kekuasaan itu akan berubah menjadi kekerasan kecuali diselesaikan segera.

Menurut Abu Walid, permintaan senjata "luar biasa besar" selama lima bulan terakhir. Namun, dia menolak untuk memberikan nama lengkap pembeli senjata. 

"Saya tidak peduli siapa yang membeli. Yang penting siapa yang membayar lebih," jelasnya kepada Reuters.

Abu Walid mengatakan, dia membeli persediaan senjatanya dari faksi-faksi Palestina saat pihak yang lain menyelundupkan senjata ke negara itu.

Di negara yang sudah dibanjiri senjata, distribusi lebih banyak senjata telah meningkatkan pertaruhan dalam upaya untuk menyelesaikan kebuntuan antara koalisi pemerintahan yang didukung oleh Amerika Serikat dan lawan-lawannya, yang didukung oleh Suriah dan Iran.

Baca Juga: Krisis Lebanon, Pemerintah Meluncurkan Program Kartu Tunai dari Dana Bank Dunia & IMF

Pihak-pihak yang bersaing sekarang berusaha untuk menyepakati seorang presiden untuk menggantikan Emile Lahoud, yang masa jabatannya akan berakhir pada 23 November 2022. 

Tetapi mereka belum membuat kemajuan menuju kesepakatan yang dianggap penting untuk meredakan krisis internal terburuk Lebanon sejak perang saudara 1975-1990. 

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pekan lalu menyatakan keprihatinannya bahwa milisi mempersenjatai diri untuk mempersiapkan "kekosongan konstitusional" jika tidak ada kesepakatan.

Politisi dari kedua belah pihak saling menuduh mempersenjatai dan melatih pendukungnya, sehingga membayangi pembicaraan untuk mengakhiri krisis.

Hizbullah, yang memiliki tentara gerilya sendiri, dituduh melakukan pelatihan militer untuk sekutunya di oposisi - sebuah klaim yang dibantah oleh kelompok itu. Didukung oleh Suriah dan Iran, Hizbullah mengatakan senjatanya hanya untuk digunakan melawan Israel.

Para pejabat keamanan telah mengakui pelatihan oleh faksi-faksi di kedua belah pihak. 




TERBARU

[X]
×