kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krisis politik, militer Zimbabwe melakukan kudeta


Rabu, 15 November 2017 / 17:07 WIB
Krisis politik, militer Zimbabwe melakukan kudeta


Sumber: CNN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - HARARE. Guncangan politik kian meningkat di Zimbabwe sejak semalam, Selasa (14/11). Kondisi ini menimbulkan pertanyaan publik: apakah Presiden Robert Mugabe yang kini berusia 93 tahun masih memegang kontrol kekuasaan di negara ini setelah berkuasa hampir empat dekade atau dia sudah digulingkan dalam sebuah kudeta militer. 

Kondisi di Zimbabwe masih terlihat tegang. Pasukan militer tampak berjaga-jaga di jalanan. Namun, juru bicara militer Zimbabwe dalam siaran langsung di televisi lokal ZBC pada pukul 04.00 dini hari, membantah tengah berlangsung kudeta di negaranya. Dia juga mengumumkan, Mugabe dan keluarganya dalam kondisi "aman".

"Bagi rakyat kami dan warga dunia, kami ingin menegaskan bahwa ini bukanlah penggulingan pemerintah oleh militer," jelas Mayor Jenderal SB Moyo. 

Dia juga menambahkan, apa yang dilakukan Pasukan Keamanan Zimbabwe saat ini adalah untuk menenangkan situasi politik, sosial dan ekonomi yang merosot di Zimbabwe, yang jika tidak ditangani dapat mengakibatkan konflik yang hebat. Dia juga mendesak masyarakat untuk tetap tenang namun menyarankan agar membatasi aktivitas yang tidak perlu. 

Beberapa jam sebelum pengumuman, saksi mata melaporkan telah melihat sekitar 100 anggota militer di jalanan ibukota Harare. Keberadaan pasukan yang tiba-tiba itu terjadi di tengah meningkatnya tensi politik setelah Mugabe memecat deputinya, Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa. 

Menurut para pengamat, pihak militer bisa saja mengklaim bahwa mereka tidak melakukan kudeta. Tapi yang terlihat malah sebaliknya. 

"Ini bentuk lain dari kudeta. Mereka mungkin mencoba memberikan gagasan bahwa Presiden Mugabe masih menjadi pemimpinnya. Tapi dari de facto, kepemimpinan jelas berada di tangan militer," papar Alex Magaisa, mantan pembantu politik mantan Perdana Menteri Zimbabwe Morgan Tsvangirai.

Salah seorang warga Harare yang namanya tidak mau disebut karena alasan keamanan mengutarakan, kota Harare tampak sepi pada Rabu pagi. Meski demikian, sejumlah toko tetap buka dan terlihat bus dan taksi yang berlalu lalang di jalan ibukota. 

"Banyak warga yang memilih untuk tinggal di rumah," katanya. 

Warga menambahkan, ada ketegangan yang terasa di udara dan media sosial ramai membicarakan tentang apa yang akan terjadi. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×