kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krisis politik, militer Zimbabwe melakukan kudeta


Rabu, 15 November 2017 / 17:07 WIB
Krisis politik, militer Zimbabwe melakukan kudeta


Sumber: CNN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - HARARE. Guncangan politik kian meningkat di Zimbabwe sejak semalam, Selasa (14/11). Kondisi ini menimbulkan pertanyaan publik: apakah Presiden Robert Mugabe yang kini berusia 93 tahun masih memegang kontrol kekuasaan di negara ini setelah berkuasa hampir empat dekade atau dia sudah digulingkan dalam sebuah kudeta militer. 

Kondisi di Zimbabwe masih terlihat tegang. Pasukan militer tampak berjaga-jaga di jalanan. Namun, juru bicara militer Zimbabwe dalam siaran langsung di televisi lokal ZBC pada pukul 04.00 dini hari, membantah tengah berlangsung kudeta di negaranya. Dia juga mengumumkan, Mugabe dan keluarganya dalam kondisi "aman".

"Bagi rakyat kami dan warga dunia, kami ingin menegaskan bahwa ini bukanlah penggulingan pemerintah oleh militer," jelas Mayor Jenderal SB Moyo. 

Dia juga menambahkan, apa yang dilakukan Pasukan Keamanan Zimbabwe saat ini adalah untuk menenangkan situasi politik, sosial dan ekonomi yang merosot di Zimbabwe, yang jika tidak ditangani dapat mengakibatkan konflik yang hebat. Dia juga mendesak masyarakat untuk tetap tenang namun menyarankan agar membatasi aktivitas yang tidak perlu. 

Beberapa jam sebelum pengumuman, saksi mata melaporkan telah melihat sekitar 100 anggota militer di jalanan ibukota Harare. Keberadaan pasukan yang tiba-tiba itu terjadi di tengah meningkatnya tensi politik setelah Mugabe memecat deputinya, Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa. 

Menurut para pengamat, pihak militer bisa saja mengklaim bahwa mereka tidak melakukan kudeta. Tapi yang terlihat malah sebaliknya. 

"Ini bentuk lain dari kudeta. Mereka mungkin mencoba memberikan gagasan bahwa Presiden Mugabe masih menjadi pemimpinnya. Tapi dari de facto, kepemimpinan jelas berada di tangan militer," papar Alex Magaisa, mantan pembantu politik mantan Perdana Menteri Zimbabwe Morgan Tsvangirai.

Salah seorang warga Harare yang namanya tidak mau disebut karena alasan keamanan mengutarakan, kota Harare tampak sepi pada Rabu pagi. Meski demikian, sejumlah toko tetap buka dan terlihat bus dan taksi yang berlalu lalang di jalan ibukota. 

"Banyak warga yang memilih untuk tinggal di rumah," katanya. 

Warga menambahkan, ada ketegangan yang terasa di udara dan media sosial ramai membicarakan tentang apa yang akan terjadi. 

Perebutan kekuasaan

Informasi saja, sebelumnya, Mnangagwa merupakan tokoh yang dianggap paling mungkin berhasil menggantikan Mugabe jika presiden mengundurkan diri atau meninggal dunia. Namun, pemecatan yang dilakukan secara tiba-tiba membuka jalan bagi Mugabe yang berusia 93 tahun untuk menunjuk istrinya, Grace, ke posisi tersebut. Hal ini mendorong ketidakpuasan yang meluas di antara pendukung setia Mugabe sebelumnya.

Grace Mugabe telah menyulut kemarahan warga Zimbabwe karena tampaknya tidak dapat tersentuh. Dia dijuluki "Gucci Grace" untuk hobinya yang gemar berbelanja barang-barang dengan harga selangit di luar negeri, dan hobi traveling yang sangat kontras dengan kehidupan rakyat Zimbabwe yang terkena dampak inflasi tinggi dan beban utang negara yang segunung.

Mantan wakil presiden Mnangagwa saat ini menikmati dukungan kuat di antara kalangan militer. Pria yang kini berusia 75 tahun itu bersembunyi dan tidak diketahui keberadaannya hingga kini.

Dalam siaran langsung tersebut, Moyo juga berbicara tentang penargetan "penjahat" di sekitar presiden yang "melakukan kejahatan sehingga menyebabkan penderitaan sosial dan ekonomi di negara tersebut dan berjanji untuk membawa mereka ke pengadilan."

Dia juga mengatakan situasi di negara ini "telah pindah ke tingkat yang lain" dan bahwa dia ingin meyakinkan negara Mugabe dan keluarganya aman dan keamanan mereka "dijamin".

"Begitu kita menyelesaikan misi kita, kita mengharapkan situasi kembali normal," kata Moyo.

Sementara itu, Chris Mutsvanga, aliansi Mnangagwa yang mengepalai Asosiasi Veteran Perang Zimbabwe yang berpengaruh, memuji langkah militer dan menyebut langkah tersebut sebagai "kudeta tak berdarah".

"Kami menghormati kekuatan patriotik dan gagah berani Zimbabwe untuk sekali lagi datang untuk menyelamatkan negara. Penduduk telah lama menderita di bawah kediktatoran pemimpin," jelasnya.

Kelompok Mutsvanga secara historis tetap setia kepada Mugabe, namun sangat mengkritik Grace Mugabe, yang masih muda dan tidak memiliki hubungan dengan upaya untuk membebaskan Zimbabwe.

Konsolidasi kekuasaan

Mugabe, pemimpin terlama dalam sejarah Afrika, mulai berkuasa pada tahun 1980an setelah pembebasan Zimbabwe. Dia awalnya dipuja sebagai advokat kemerdekaan Nelson Mandela.

Namun menurut laporan jurnalis CNN Robyn Curnow, yang telah melaporkan berita dari wilayah tersebut selama bertahun-tahun, saat momentum politik mulai memudar, Mugabe segera menggabungkan kekuatan dengan menggunakan kombinasi antara kebrutalan dan penyuapan.

Taktiknya cukup efektif. Mugabe, yang telah memegang kursi kepresidenan selama lebih dari dua dekade, tetap menjadi satu-satunya pemimpin di negeri ini.

"Tidak pernah ada kudeta, tidak pernah juga ada percobaan kudeta. Setiap ancaman terhadap basis kekuasaannya telah dilakukan oleh oposisi demokratis," Curnow mengatakan.

Banyak analis meyakini, bahwa langkah Presiden untuk memecat wakilnya, sehingga memberi jalan bagi Grace Mugabe ke kursi kepresidenan adalah tindakan yang berisiko.

Grace Mugabe jauh lebih muda dari suaminya dan tidak mendapat dukungan rakyat. Dia juga tidak mendapat dukungan dari partai era liberal.

"Dia menjadi semakin putus asa, dia tahu bahwa begitu Mugabe meninggal, dia akan ditendang keluar. Dia harus dipasang di beberapa tempat institusional sehingga dia bisa merebut kekuasaan," kata Curnow.




TERBARU

[X]
×