Sumber: Wall Street Journal | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
\LONDON. Kemerosotan harga minyak membawa mimpi buruk bagi produsen minyak dunia. Penurunan harga minyak membuat rapor kinerja produsen minyak merah menyala. Memasuki awal Februari 2015, tiga produsen minyak raksasa melaporkan penurunan laba.
Coba tengok rapor BP Plc. Produsen minyak asal Inggris ini membukukan penurunan laba bersih 35,82% menjadi US$ 969 juta pada kuartal IV-2014.
Padahal, laba BP sebesar US$ 1,51 miliar pada periode sama di tahun 2013. "BP memasuki fase harga minyak murah hingga jangka menengah. Kami sedang mengubah rencana bisnis terkait dengan perubahan tren harga minyak," ujar Bob Dudley, CEO BP, seperti dikutip Wall Street Journal, Selasa (3/2).
Kendati laba merosot, BP menenangkan para pemegang sahamnya dengan menaikkan dividen menjadi US$ 0,1 per saham dari sebelumnya US$ 0,0975 per saham. Alhasil, harga saham BP naik 4% di bursa London.
Kinerja buruk juga dialami Exxon Mobil. Produsen minyak terbesar di Amerika Serikat (AS) ini membukukan penurunan laba bersih 21,31% menjadi US$ 6,57 miliar di kuartal IV tahun lalu, dari sebelumnya US$ 8,35 miliar secara tahunan (year on year).
Selain harga minyak merosot, produksi Exxon juga menurun. Di kuartal IV-2014, produksi minyak dan gas Exxon turun 3,8%. Produsen minyak terbesar kedua di AS, Chevron, mengalami nasib sama.
Laba Chevron susut 29,61% menjadi US$ 3,47 miliar dari sebelumnya US$ 4,93 miliar. Pundi-pundi laba Chevron tertolong transaksi penjualan aset yang mencapai US$ 570 juta.
Laba bersih Royal Dutch Shell anjlok paling dalam. Laba Shell merosot 57% menjadi US$ 773 juta dari sebelumnya US$ 1,78 miliar. Pada periode sama, pendapatan Shell turun 15% menjadi sekitar US$ 92,37 miliar.
Potong bujet
Anjloknya harga minyak kompak memaksa produsen memangkas anggaran belanja (capex) tahun 2015. Exxon menurunkan capex menjadi US$ 37 miliar. Angka ini lebih rendah ketimbang capex tahun lalu US$ 38,5 miliar dan tahun 2013 US$ 42,5 miliar.
Exxon juga memangkas bujet buyback saham menjadi US$ 1 miliar dari US$ 3 miliar. Langkah serupa ditempuh Chevron. Produsen minyak ini memotong bujet produksi tahun ini sebesar 13% menjadi US$ 35 miliar.
BP juga menyunat capex di kisaran US$ 20 miliar. Padahal, BP sebelumnya berencana mengalokasikan capex US$ 24 miliar hingga US$ 26 miliar. Shell pun memangkas bujet tahunan US$ 15 miliar hingga tahun 2017.