kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.909.000   -24.000   -1,24%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Tarif AS Menggila, PM Modi Balik Serang Lewat Pajak Murah dan Boikot Produk Amerika


Jumat, 15 Agustus 2025 / 15:24 WIB
Tarif AS Menggila, PM Modi Balik Serang Lewat Pajak Murah dan Boikot Produk Amerika
ILUSTRASI. India's Prime Minister Narendra Modi speaks during an election campaign rally in Meerut, India, March 31, 2024. REUTERS/Anushree Fadnavis


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Perdana Menteri India Narendra Modi menyerukan negaranya untuk bergerak menuju kemandirian yang lebih besar, memproduksi segala kebutuhan mulai dari pupuk hingga mesin jet dan baterai kendaraan listrik, serta berjanji melindungi petani di tengah konflik dagang dengan Washington.

Dengan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap ekspor India diperkirakan akan menekan pertumbuhan ekonomi terbesar dengan laju tercepat di dunia tersebut, Modi mengumumkan pemangkasan pajak barang dan jasa (GST) mulai Oktober, langkah yang diharapkan dapat mendorong konsumsi.

Baca Juga: Harga Beras Vietnam Naik Akibat Stok dari Filipina, India Stabil di Level Rendah

Ia juga mengumumkan pembentukan sistem pertahanan baru bernama Sudarshan Chakra pasca konflik militer empat hari India dengan Pakistan pada Mei lalu.

Pernyataan pemerintah menyebut, sistem tersebut ditujukan untuk menetralisir infiltrasi musuh dan meningkatkan kapabilitas ofensif India.

Di kalangan pertahanan, istilah Sudarshan Chakra kerap digunakan untuk merujuk pada sistem pertahanan udara Rusia S-400, yang berperan penting saat konflik dengan Pakistan.

Pidato tersebut disampaikan Modi dalam rangka Hari Kemerdekaan India di saat New Delhi tengah menghadapi tekanan tarif AS dan kegagalan perundingan dagang, yang terutama disebabkan perbedaan pandangan terkait impor produk pertanian dan susu dari AS.

“Petani, nelayan, dan peternak adalah prioritas utama kami. Modi akan berdiri layaknya tembok terhadap kebijakan yang mengancam kepentingan mereka. India tidak akan pernah berkompromi dalam melindungi kepentingan petani,” tegasnya dari Benteng Merah, New Delhi pada Jumat (15/8/2025).

Baca Juga: India Ingin Hubungan dengan Amerika Serikat (AS) Berdasarkan Saling Hormat

Modi tidak secara langsung menyebut tarif atau AS dalam pidatonya yang berlangsung hampir dua jam.

Namun pekan lalu, Trump telah menaikkan tarif tambahan 25% atas produk India, dengan alasan India masih mengimpor minyak Rusia. Kebijakan ini memicu eskalasi tajam ketegangan kedua negara.

Tarif baru tersebut membuat bea masuk atas sebagian ekspor India naik hingga 50%, tertinggi di antara mitra dagang AS.

Petani merupakan basis politik penting bagi Modi. Pada 2021, gelombang protes petani memaksanya mencabut tiga undang-undang reformasi sektor pertanian, salah satu kekalahan politik terbesarnya.

Baca Juga: Modal Inti Bank India of Indonesia Rp 3,38 Triliun, Pastikan Leluasa Salurkan Kredit

Pemangkasan Pajak untuk Dorong Konsumsi

Meski fokus pada swasembada sudah menjadi agenda Modi selama bertahun-tahun, urgensinya meningkat akibat ketegangan dagang global dan gangguan rantai pasok.

“Saat ini kita harus bertekad membangun India yang kuat. Saya ingin para pedagang dan pemilik toko memasang papan produk Swadeshi (buatan India),” ujarnya.

Modi menyebut chip semikonduktor buatan India akan mulai dipasarkan akhir tahun ini. Pemerintah juga mendorong eksplorasi mineral kritis di lebih dari 1.200 lokasi.

Tarif Trump berpotensi mengganggu akses India ke pasar ekspor terbesarnya, yang pada 2024 mencapai hampir US$87 miliar, termasuk sektor tekstil, alas kaki, udang, serta perhiasan.

Sebagai balasan, sebagian pendukung Modi mendorong sentimen anti-AS dan menyerukan boikot terhadap perusahaan-perusahaan AS seperti McDonald’s, Coca-Cola, Amazon, dan Apple.

Baca Juga: Seruan Boikot Produk AS di India: McDonalds, Coca-Cola, dan Apple Jadi Sasaran

Perundingan dagang India-AS runtuh setelah lima putaran pembicaraan, terutama akibat kebuntuan pembukaan pasar pertanian dan susu India serta penghentian impor minyak Rusia.

Modi menjanjikan pemangkasan GST menjelang festival Diwali pada Oktober, salah satu musim belanja terbesar di India.

Rencana ini sejalan dengan upaya pemerintah menyederhanakan struktur pajak 2017 dengan mengurangi jumlah lapisan tarif.

Panel menteri tengah menyiapkan laporan yang akan mempertimbangkan penggabungan tarif dan penurunan pajak pada beberapa produk, termasuk barang kebutuhan massal serta barang yang digunakan perempuan, pelajar, dan petani.

Pemerintah menargetkan GST hanya memiliki dua lapisan tarif utama: tarif standar dan tarif merit, dengan tarif khusus untuk sedikit produk tertentu.

Selanjutnya: iOS Terbaru Saat ini Versi Berapa? Ini Cara Cek di iPhone & Penjelasan Update Terbaru

Menarik Dibaca: Laga Semen Padang vs Dewa United (15/8): Statistik, H2H, Skor & Link Streaming




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×