kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -21.000   -1,08%
  • USD/IDR 16.322   24,00   0,15%
  • IDX 7.680   73,60   0,97%
  • KOMPAS100 1.094   12,30   1,14%
  • LQ45 811   11,32   1,42%
  • ISSI 253   -0,40   -0,16%
  • IDX30 421   7,34   1,78%
  • IDXHIDIV20 481   7,93   1,68%
  • IDX80 122   1,22   1,01%
  • IDXV30 126   0,58   0,46%
  • IDXQ30 135   2,43   1,83%

Seruan Boikot Produk AS di India: McDonalds, Coca-Cola, dan Apple Jadi Sasaran


Selasa, 12 Agustus 2025 / 06:36 WIB
Seruan Boikot Produk AS di India: McDonalds, Coca-Cola, dan Apple Jadi Sasaran
ILUSTRASI. Perusahaan multinasional yang berbasis di AS, seperti McDonald's, Coca-Cola, Amazon, hingga Apple menghadapi seruan pemboikotan di India.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Perusahaan multinasional yang berbasis di AS, seperti McDonald's, Coca-Cola, Amazon, hingga Apple menghadapi seruan pemboikotan di India. 

Mengutip Reuters, hal ini dipicu oleh aksi para eksekutif bisnis dan pendukung Perdana Menteri Narendra Modi yang mengobarkan sentimen anti-Amerika untuk memprotes tarif AS.

India, negara dengan populasi terpadat di dunia, merupakan pasar utama bagi merek-merek Amerika yang telah berkembang pesat untuk menyasar basis konsumen kaya yang terus berkembang. Banyak di antara mereka masih tergila-gila dengan merek internasional yang dipandang sebagai simbol peningkatan kualitas hidup.

India, misalnya, merupakan pasar terbesar berdasarkan pengguna untuk WhatsApp Meta. Dan restoran cepat saji Domino's memiliki lebih banyak restoran daripada merek lain di negara ini. 

Minuman seperti Pepsi dan Coca-Cola sering mendominasi rak-rak toko. Tidak hanya itu, banyak warga India yang rela mengantre ketika toko Apple baru dibuka atau kafe Starbucks memberikan diskon.

Meskipun belum ada indikasi langsung penurunan penjualan, terdapat peningkatan suara di media sosial dan dunia maya untuk membeli produk lokal dan meninggalkan produk Amerika. Seruan ini diluncurkan setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif 50% untuk barang-barang dari India, yang mengguncang eksportir dan merusak hubungan antara New Delhi dan Washington.

McDonald's, Coca-Cola, Amazon, dan Apple tidak segera menanggapi pertanyaan Reuters.

Baca Juga: Putin Telepon Pemimpin China, India, dan Negara Eks-Soviet Usai Bertemu Utusan Trump

Manish Chowdhary, salah satu pendiri Wow Skin Science India, mengunggah pesan video di LinkedIn yang mendesak dukungan bagi para petani dan perusahaan rintisan untuk menjadikan "Buatan India" sebagai "obsesi global" dan untuk belajar dari Korea Selatan yang produk makanan dan kecantikannya terkenal di seluruh dunia.

"Kita telah mengantre untuk mendapatkan produk dari ribuan mil jauhnya. Kita dengan bangga telah menghabiskan uang untuk merek yang bukan milik kita, sementara produsen kita sendiri berjuang untuk mendapatkan perhatian di negara mereka sendiri," ujarnya.

Rahm Shastry, CEO DriveU India, yang menyediakan layanan panggilan pengemudi mobil, menulis di LinkedIn: "India seharusnya memiliki Twitter/Google/YouTube/WhatsApp/FB buatan dalam negeri — seperti yang dimiliki Tiongkok."

Sejujurnya, perusahaan ritel India memberikan persaingan yang ketat bagi merek asing seperti Starbucks di pasar domestik, tetapi merambah pasar global merupakan tantangan tersendiri.

Namun, perusahaan jasa TI India telah mengakar kuat dalam ekonomi global, di mana  perusahaan seperti TCS dan Infosys menyediakan solusi perangkat lunak bagi klien di seluruh dunia.

Baca Juga: Trump Naikkan Tarif Impor Barang India 25%, Hubungan Dagang AS-India Memanas




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×