kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Lanxess menjalin kongsi dengan Saudi Aramco


Jumat, 25 September 2015 / 13:03 WIB
Lanxess menjalin kongsi dengan Saudi Aramco


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Yudho Winarto

LONDON. Raksasa minyak asal Arab Saudi, Saudi Aramco, berkongsi dengan perusahaan bahan kimia Jerman, Lanxess, membentuk usaha patungan di sektor hilir. Saudi Aramco dan Lanxess sepakat mendirikan perusahaan produsen karet sintetis senilai € 2,75 miliar atau setara dengan US$ 3,1 miliar.

Kedua perusahaan menyetujui, masing-masing akan menyetor modal sebesar 50% di perusahaan patungan tersebut. Saudi Aramco akan menyetor modal € 1,2 miliar dalam bentuk tunai.

Seperti diketahui, Lanxess mencari mitra untuk bisnis karet sintetis yang sedang di bawah tekanan penurunan harga dan persaingan yang sengit. Kemitraan dengan Saudi Aramco akan membuka akses bisnis bagi Lanxess sekaligus mendapat harga miring atas pasokan bahan baku seperti benzena dan stirena sehingga bisa menghemat biaya.

Kelebihan pasokan karet sintetis di pasar dunia telah mengikis harga jual Lanxess.  Chief Executive Officer Lanxess, Matthias Zachert pun mengubah strategi bisnis untuk menekan laju kerugian. Zachert memangkas pekerjaan dan efisiensi produksi untuk menurunkan biaya operasional. "Kami telah berhasil menekan biaya dengan tidak hanya melakukan terobosan, tetapi suatu liberalisasi bisnis Lanxess," ungkap Zachert seperti dikutip Bloomberg.

Kongsi dua perusahaan ini akan menaikkan persaingan dengan Saudi Basic Industries Corp yang telah memperluas bisnis ke plastik dengan membeli divisi polimer General Electric senilai US$ 11,6 miliar pada 2007 silam.

Integrasi bisnis di hilir

Di bawah Chief Executive Amin Al Nasser, Saudi Aramco bertekad menjadi perusahaan energi yang terintegrasi nomor satu dunia pada akhir dekade ini.  Sebelumnya Saudi Aramco telah membangun pabrik kimia di Jubail. Fasilitas produksi yang menelan dana sekitar US$ 20 miliar ini bekerja sama dengan Dow Chemical Co dan mulai beroperasi komersial tahun depan.

"Ini adalah langkah maju lainnya dalam usaha mewujudkan ekspansi integrasi global dengan sektor hilir," ujar Nasser seperti ditulis Financial Times.

Seperti diketahui, Arab Saudi ingin mempertahankan dominasi sebagai kekuatan minyak di dunia. Kendati begitu, negara Timur Tengah ini juga terpukul keras oleh merosotnya harga minyak.

Perusahaan minyak negara dipaksa mengevaluasi proyek-proyek besar. "Kami menggunakan penurunan harga minyak sebagai kesempatan untuk mempertajam disiplin fiskal tapi kami berkomitmen untuk strategi jangka panjang," kata Nasser.  



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×