Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KINSHASA. PBB melaporkan setidaknaya ada 55 orang yang tewas dalam dua serangan terhadap desa-desa di Kongo timur. Rangkaian serangan tersebut dianggap jadi insiden terburuk dalam empat tahun.
Kantor PBB untuk urusan kemanusiaan (OCHA), dalam pertanyataannya hari Senin (31/5), melaporkan bahwa rumah-rumah warga dibakar dan warga sipil diculik.
Dilansir dari Reuters, tentara dan kelompok hak asasi setempat menyalahkan Allied Democratic Forces (ADF), sebuah kelompok bersenjata Islam, atas penyerangan dan pembantaian tersebut.
Penyerangan terjadi di desa Tchabi dan sebuah kamp pengungsi di dekat desa Boga. Keduanya dekat dengan perbatasan Uganda.
"Ketika saya sampai di sana, saya menemukan bahwa para penyerang telah membunuh seorang pendeta Anglikan dan putrinya juga terluka parah," kata Albert Basegu, ketua kelompok hak-hak sipil di Boga, kepada Reuters.
Baca Juga: PBB mendesak donor internasional untuk memberi bantuan untuk perbaikan Gaza
Kelompok ADF sampai saat ini diyakini telah membunuh lebih dari 850 orang pada tahun 2020, menurut data PBB. Tahun Serangan ADF menjadi semakin brutal setelah tahun sebelumnya tentara memulai operasi untuk melawan mereka.
Presiden Kongo Felix Tshisekedi mengumumkan keadaan pengepungan di provinsi Kivu Utara dan Ituri di Kongo pada 1 Mei sebagai upaya untuk mengekang serangan ADF.
Sejalan dengan itu, awal bulan ini Uganda juga mengumumkan telah setuju untuk berbagi intelijen dan mengoordinasikan operasi melawan pemberontak tetapi tidak akan mengerahkan pasukan di Kongo.
Pergerakan ADF yang ganas telah menjadi sorotan internasional. Pada bulan Maret, Amerika Serikat bahkan telah memberi label ADF sebagai organisasi teroris asing.
ADF di masa lalu telah menyatakan kesetiaan kepada ISIS. Di sisi lain, PBB mengatakan bukti yang menghubungkannya dengan jaringan militan Islam lainnya masih sedikit.