kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45940,74   -22,99   -2.39%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lebih dari satu miliar manusia diramal harus mengungsi pada 2050 nanti, ini sebabnya


Rabu, 09 September 2020 / 13:15 WIB
Lebih dari satu miliar manusia diramal harus mengungsi pada 2050 nanti, ini sebabnya
ILUSTRASI. Ilustrasi kekeringan. Sebuh penelitian terbaru menyebut lebih dari satu miliar manusia diramal harus mengungsi pada tahun 2050 mendatang. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/17


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Sebuah analis baru tentang ancaman ekologi global menyebut lebih dari 1 miliar manusia terancam harus mengungsi pada tahun 2050 nanti.

Hal ini didorong oleh pertumbuhan populasi yang cepat, kurangnya akses ke makanan dan air, serta meningkatnya paparan bencana alam yang harus dihadapi manusia.

Institute for Economics and Peace (IEP) yang menyusun indeks terorisme dan perdamaian tahunan berlabel Ecological Threat Register menggunakan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sumber lain untuk menilai delapan ancaman ekologi.

Baca Juga: Mahathir posting pidato mosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri Malaysia

Mereka juga memprediksi negara dan wilayah mana yang paling banyak terpapar risiko.

Dengan perkiraan populasi dunia akan meningkat menjadi hampir 10 miliar pada tahun 2050 dan meningkatnya perebutan sumber daya yang memicu konflik, penelitian menunjukkan sebanyak 1,2 miliar orang yang tinggal di daerah rentan di sub-Sahara Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah mungkin saja dipaksa untuk bermigrasi pada tahun 2050.

Sebagai perbandingan, laporan tersebut mencatat faktor ekologi dan konflik menyebabkan pengungsian sekitar 30 juta orang pada 2019.

“Ini akan memiliki dampak sosial dan politik yang besar, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju, karena perpindahan massal akan menyebabkan arus pengungsi yang lebih besar ke negara-negara paling maju,” kata Steve Killelea, pendiri IEP.

Baca Juga: Militerisasi di Laut China Selatan, Menlu Retno: Satu kata, mengkhawatirkan

Daftar tersebut mengelompokkan ancaman menjadi dua kategori besar yakni kerawanan pangan, kelangkaan air dan pertumbuhan populasi, dan bencana alam termasuk banjir, kekeringan, angin topan, naiknya permukaan laut dan kenaikan suhu lainnya.

Hasilnya adalah analisis yang menilai berapa banyak ancaman yang dihadapi masing-masing dari 150 negara dan kapasitas mereka untuk menahannya. Beberapa negara seperti India dan Cina, paling terancam oleh kelangkaan air dalam beberapa dekade mendatang. 

Killelea mengatakan pasokan air bersih di dunia saat ini sudah berkurang 60% dibanding 50 tahun lalu. Sementara permintaan akan makanan diperkirakan akan naik 50% dalam 30 tahun ke depan, sebagian besar didorong oleh perluasan kelas menengah di Asia.

Baca Juga: AS larang warganya ke Indonesia, ini tanggapan Satgas Covid-19

Faktor-faktor tersebut, dikombinasikan dengan bencana alam yang mungkin meningkat frekuensinya karena perubahan iklim, berarti bahkan negara yang stabil saat ini pun akan menjadi negara rentan pada tahun 2050.

Selanjutnya: Puji keberhasilan China tangani pandemi, WHO: Tapi jangan berpuas diri




TERBARU
Kontan Academy
Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet Using Psychology-Based Sales Tactic to Increase Omzet

[X]
×