Sumber: Bloomberg | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Penerbit obligasi di seluruh dunia membanjiri pasar keuangan pada Selasa (2/9) dengan total penerbitan utang investment grade mencapai US$ 90 miliar. Ini menjadikannya salah satu hari tersibuk di pasar kredit global sepanjang tahun ini. Momentum ini didorong permintaan investor yang tinggi dan prospek pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS).
Di AS, ada sebanyak 27 perusahaan menjual obligasi berperingkat tinggi dalam satu hari, hampir menyamai rekor 29 transaksi yang terjadi tahun lalu setelah libur Hari Buruh. Total nilai utang yang diterbitkan mencapai US$ 43,3 miliar, menjadi volume penjualan tertinggi ketiga dalam sejarah pasar obligasi korporasi AS.
Di Eropa, setidaknya 20 penerbit termasuk entitas negara yang meramaikan pasar penerbitan obligasi senilai lebih dari € 47 miliar sekitar US$ 54,7 miliar. Ketika digabungkan dengan penawaran obligasi berimbal hasil tinggi, total penerbitan di kawasan tersebut mencapai € 49,6 miliar, melampaui rekor harian sebelumnya yang tercatat awal tahun ini sebesar € 47,6 miliar.
Baca Juga: Obligasi Jepang Rontok, Imbal Hasil 30 Tahun Sentuh Level Tertinggi
Ledakan penerbitan juga terjadi di Asia, terutama di Jepang. Setidaknya tujuh perusahaan asal Jepang menerbitkan obligasi dalam denominasi dolar AS dengan nilai total mencapai US$ 10 miliar.
Dengan demikian, penerbitan obligasi global dalam mata uang dolar dan euro pada hari yang sama berhasil menembus angka US$ 100 miliar untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun terakhir.
Lonjakan ini mencerminkan tingginya minat investor global terhadap instrumen utang, karena ingin mengunci imbal hasil sebelum Federal Reserve (AS) akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam waktu dekat. Rendahnya imbal hasil obligasi korporasi global yang saat ini berada di level rata-rata sekitar 4,4%, terendah dalam setahun. Ini juga menjadi faktor yang mendorong perusahaan untuk segera menerbitkan obligasi baru.
Kepala global sindikasi utang berperingkat tinggi Wells Fargo & Co., Maureen O’Connor menyebut, kondisi pasar sangat mendukung. Menurut dia, arus masuk dana kuat, eksekusi berjalan mulus, dan secara teknikal pasar sedang berada dalam kondisi optimal untuk penerbitan. "Ini terasa seperti waktu yang sangat tepat untuk menerbitkan obligasi," ujar dia dikutip Bloomberg.
Penerbitan obligasi pada bulan September memang sudah menjadi pola umum di pasar global, di mana perusahaan kembali dari musim liburan dan mempercepat penerbitan untuk memenuhi target akhir tahun. Di tengah sentimen pasar yang cenderung berhati-hati, para emiten tampak tak gentar.
Baca Juga: Gejolak Fiskal Tekan Pasar Saham Global, Imbal Hasil Obligasi Eropa Sentuh Rekor Baru
Salah satu penawaran besar datang dari Merck & Co., perusahaan farmasi asal AS yang menjadi salah satu penerbit dengan volume terbesar pada hari tersebut. Dari Eropa, perusahaan properti asal Prancis, Unibail-Rodamco-Westfield, turut menonjol dengan penerbitan senilai € 685 juta.
Sementara dari Asia, Bank Negara India berhasil menarik perhatian dengan penetapan harga obligasi dolar AS pada spread terendah yang pernah dicapai oleh lembaga keuangan India, berdasarkan data Bloomberg.
Meski volume besar ini telah diantisipasi pelaku pasar, skala penerbitan pada hari Selasa tetap mengejutkan sebagian investor. "Semua orang tahu gelombang ini akan datang, sudah sangat diantisipasi, tetapi tetap saja volumenya melampaui ekspektasi kami," kata Matt Brill, Kepala Kredit Berperingkat Investasi Amerika Utara di Invesco Ltd. Menurutnya, volume besar tersebut mencerminkan permintaan pasar yang luar biasa kuat.
Menariknya, sebagian besar penerbitan terjadi di tengah pelemahan pasar saham global. Di Amerika Serikat, indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 ditutup melemah untuk hari kedua berturut-turut. Imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor dua dan sepuluh tahun justru mengalami kenaikan. Pasar Inggris juga tak luput dari tekanan, dengan obligasi jangka panjang mencatat imbal hasil tertinggi sejak 1998, sementara poundsterling mengalami pelemahan.
Meski pasar dalam mode risk-off, para penerbit obligasi tetap agresif memasuki pasar. Mark Clegg, pedagang pendapatan tetap senior di Allspring Global Investments menilai melemahnya pasar pada pekan sebelumnya tidak menghalangi laju penerbitan. "Investor tetap bersemangat, dan kami lihat apakah tekanan pada spread akan berdampak pada kompensasi risiko ke depan," ujar dia.
Data Bloomberg menunjukkan spread obligasi berperingkat tinggi di AS menyempit hingga 73 basis poin pada Agustus level terendah sejak 1998 sebelum kembali melebar. Spread ini menjadi salah satu perhatian utama investor yang mempertimbangkan risiko tambahan dari gelombang penerbitan besar.
Sejumlah analis memperkirakan, total penerbitan obligasi minggu ini bisa mencapai antara US$ 55 miliar hingga US$ 75 miliar, dengan Wells Fargo dan Goldman Sachs sama-sama memproyeksikan lonjakan tajam. Para penerbit juga harus siap menghadapi sejumlah faktor penentu ke depan, seperti data ekonomi penting, pertemuan The Fed bulan ini, dan dimulainya periode blackout menjelang musim laporan keuangan kuartalan.