Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Levi Strauss & Co pada hari Selasa (7/7/2020) mengatakan bahwa bisnisnya akan mengalami pukulan pada paruh kedua tahun ini. Kondisi ini akan tetap terjadi meskipun Levi's sudah membuka kembali toko-tokonya menyusul penguncian Covid-19 sesuai aturan pemerintah.
Melansir Reuters, perusahaan juga mengatakan akan memangkas sekitar 700 karyawan atau sekitar 15% dari armada kerjanya di segmen non-ritel, non-manufaktur. Langkah ini disinyalir akan membantu penghematan perusahaan senilai US$ 100 juta per tahun.
Saat dilakukannya penutupan sementara toko sendiri serta outlet mitranya, Levi's memperkenalkan srategi penjualan pickup pinggir jalan dan mulai memenuhi pesanan online di tokonya ketika pelanggan beralih ke belanja online untuk menghindari kontak dengan orang-orang.
Baca Juga: Pengumuman! Lion Air PHK karyawan dan pilot asing
Data Reuters menunjukkan, perusahaan melaporkan peningkatan 25% dalam bisnis online di kuartal kedua yang berakhir 24 Mei, dengan kenaikan dalam basis bulanan hampir 80% di bulan Mei.
Levi's menambahkan, kinerja penjualan mingguan di toko yang dioperasikan perusahaan membaik secara berurutan, karena produktivitas pada minggu terakhir Juni mencapai 80% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Dirut MIND ID tegaskan tidak ada rencana PHK karyawan di holding pertambangan BUMN
Perusahaan juga memperkirakan marjinnya untuk sisa tahun ini berada di bawah tekanan karena mencoba untuk membongkar kelebihan persediaan yang tetap tidak terjual selama penguncian.
Asal tahu saja, menurut data IBES dari Refinitiv, pendapatan bersih Levi's pada kuartal kedua turun 62% menjadi US$ 497,5 juta. Akan tetapi, pencapaian ini mengalahkan ekspektasi analis sebesar US$ 485,5 juta.
Baca Juga: Terkait PHK, Serikat Pekerja akan bawa Gojek ke Pengadilan Hubungan Industrial
Levi's melaporkan rugi bersih yang diatribusikan kepada perusahaan sebesar US$ 363,5 juta dibandingkan dengan laba sebesar US$ 28,2 juta, setahun sebelumnya. Sebagian besar disebabkan oleh biaya restrukturisasi dan biaya persediaan sebesar US$ 242 juta.
Atas dasar penyesuaian, perusahaan membukukan kerugian 48 sen per saham, lebih kecil dari yang diprediksikan.