kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lynas Kantongi Kontrak Senilai US$ 120 juta dari Pentagon


Rabu, 15 Juni 2022 / 14:09 WIB
Lynas Kantongi Kontrak Senilai US$ 120 juta dari Pentagon
ILUSTRASI. Lynas Rare Earths logo


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan Australia, Lynas Rare Earths telah menandatangani kontrak lanjutan senilai US$ 120 juta dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) untuk pembangunan fasilitas pemisahan logam tanah jarang berat (heavy rare earth) komersial di Texas.

Lynas adalah pengolah tanah jarang terbesar di dunia di luar China. Kontrak yang dilakukan Pentagon dengan anak perusahaan Lynas di AS berdasarkan pendanaan 'Fase 1' untuk fasilitas yang diumumkan pada Juli 2020.

Proyek, di mana Pentagon menyediakan dana awal, diharapkan akan dibangun di kawasan industri di kawasan Pantai Teluk Texas dan ditargetkan beroperasi pada tahun keuangan 2025.

Lynas bermaksud untuk menggabungkan pabrik pemisahan tanah jarang berat dengan fasilitas pemisahan tanah jarang ringan, yang didanai setengahnya oleh kantor Undang-Undang Produksi Pertahanan dari Departemen Pertahanan AS.

“Pabrik itu akan menjadi yang pertama di luar China yang mampu memisahkan logam tanah jarang berat. Dan itulah mengapa ini merupakan langkah penting,” kata Chief Executive Lynas Amanda Lacaze dikutip dari Reuters, Rabu (15/6).

Baca Juga: Presiden Ukraina Kembali Meminta Bantuan Senjata, Kini Akui Butuh Senjata Anti-Rudal

Lynas menambang tanah jarang di Australia Barat dan mengirimkan materialnya ke Malaysia, di mana perusahaan menghasilkan oksida tanah jarang.

Lebih lanjut, Lacaze bilang, target perusahaan untuk meningkatkan produksi sebesar 50% pada tahun 2025, tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

"Pertumbuhan pasar yang pesat, terutama selama 12 bulan terakhir, memberi tahu kami bahwa kami perlu mempercepat rencana itu," katanya.

Setelah pasokan terganggu oleh pandemi COVID-19, minat dari negara-negara Barat, Jepang, Uni Eropa, dan lainnya meningkat karena mereka menyadari risiko mengandalkan China sebagai satu-satunya sumber pasokan.

"Masalahnya di sini bukan apakah itu China atau non-China, hanya saja rantai pasokan tunggal bermasalah, terutama di area di mana Anda memiliki pertumbuhan yang cepat dan Anda memiliki materi yang sangat penting untuk sukses, " pungkas Lacaze.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×