Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Dr Doom atau Dr Kiamat ekonomi dunia Marc Faber sudah lama memprediksi bahwa kejatuhan pasar saham AS akan segera terjadi. Pada Kamis (11/9) kemarin, dia kembali menegaskan peringatannya itu. Menurutnya, sejumlah sinyal pasar saham menuju tren bearish sudah mulai terlihat. Salah satunya dapat dilihat dari kinerja McDonald's.
Memang, kemarin, McDonald's melaporkan bahwa penjualan same-store sales global pada Agustus tergerus 3,7%. Penurunan terburuk terjadi di kawasan Asia Pasifik seiring terjadinya skandal keamanan daging. Kendati demikian, penjualan di AS juga menruun 2,8%.
Bagi Faber, hasil tersebut merupakan contoh sempurna dari kejatuhan yang disebabkan bank sentral. Dia meramal, akan ada lebih banyak lagi kabar buruk yang akan datang.
"Tak ada satu pun yang mengetahui apa yang menyebabkan pasar saham kolaps. Namun, kinerja perusahaan yang mengecewakan bisa menjadi pemicu. Saat ini, kita bisa melihat penjualan McDonald's yang menyedihkan. McDonald's merupakan indikator yang sangat baik bagi perekonomian global. Jika McDonalds tidak membukukan kenaikan penjualan, maka hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter secara umum gagal. Dengan kata lain, kenaikan harga barang melampaui penerimaan yang diterima masyarakat sehingga daya beli sangat lemah," papar Faber.
Faber sudah lama mendebat bahwa kebijakan the Federal Reserve dan bank sentral dunia lainnya hanya menaikkan harga aset dan menciptakan inflasi. Namun, kebijakan tersebut tidak menstimulasi perekonomian.
"Ekspansi kredit dan pencetakan uang tidak dirasakan oleh warga biasa. Kebijakan itu hanya meningkatkan nilai aset market, real estate, dan saham," tegasnya.
Jika analisa Faber akurat, seberapa buruk hal ini akan berdampak pada pasar saham?
"Pasar saham kita sudah mengalami bullish sejak Oktober 2011, dengan koreksi tidak lebih dari 11%. Saat ini, kita kemungkinan tidak akan mengalami koreksi, namun lebih pada pasar bearish dengan penurunan 20% hingga 30% pada satu titik," jawabnya.
Selain itu, lanjut Faber, hanya sedikit saham yang dapat menembus level tertinggi baru. Sebaliknya, banyak saham yang berpotensi menembus level terendah baru. "Sehingga secara teknikal gambaran pasar saham secara umum tidak menggembirakan," ujarnya.