kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Mahasiswa di Bangkok berunjuk rasa tuntut PM Prayut Chan-o-cha turun jabatan


Jumat, 24 Juli 2020 / 09:09 WIB
Mahasiswa di Bangkok berunjuk rasa tuntut PM Prayut Chan-o-cha turun jabatan
ILUSTRASI. Sekelompok mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa menuntut Perdana Menteri?Prayut Chan-o-cha untuk mundur dari jabatannya serta membubarkan parlemen. (Kamis, 23 Juli 2020)


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Ratusan mahasiswa di Bangkok melakukan aksi unjuk rasa pada hari Kamis (23/7) malam, menuntut Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha untuk mundur dari jabatannya serta membubarkan parlemen.

Reuters melaporkan bahwa aksi unjuk rasa ini diinisiasi oleh organisasi mahasiswa bernama "Free Youth" yang berhasil mengumpulkan banyak mahasiswa dari berbagai wilayah di Bangkok.

"Kami di sini untuk menyerukan adanya konstitusi baru. Karena konstitusi yang ada saat ini tidak mendukung hak dan kebebasan kita. Semua bermula dari kudeta militer pada tahun 2014," ungkap Thanachai Aurlucha, salah seorang pengunjuk rasa, dikutip dari Reuters.

Perdana Menteri Thailand saat ini, yakni Prayut Chan-o-cha, merupakan jenderal militer yang pada tahun 2014 silam memimpin kudeta atas pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.

Baca Juga: WHO: Secara realistis, vaksin corona baru bisa digunakan tahun 2021

Tingkat perlawanan publik terhadap kepemimpinan Prayuth terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Sejak pemilu tahun lalu, pengadilan telah membubarkan partai oposisi terbesar kedua di Thailand.

Pembubaran partai oposisi ini kemudian membuat posisi Prayut di pemerintahan menjadi semakin kuat dan sulit digoyang.

Sejak saat itu Thailand ada di bawah kekuasaan dengan nuansa militer yang sangat kental. Beberapa kebijakan sayangnya dianggap mengekang kebebasan dan memperburuk perekonomian. Tuntutan lain seputar penegakan demokrasi juga turut disuarakan.

Salah seorang pengunjuk rasa juga mengungkapkan bahwa saat ini sulit bagi lulusan baru untuk mencari pekerjaan dan menjamin perekonomiannya di masa depan.

"Kami akan lulus tetapi kami tidak tahu bagaimana kami akan mencari nafkah. Jika saya tidak keluar (unjuk rasa) hari ini, tidak akan ada masa depan," kata Fufu, salah seorang pengunjuka rasa.

Baca Juga: Resesi ekonomi Australia di depan mata, pertama setelah 30 tahun!

Para mahasiswa ini juga tidak mengindahkan peringatan dari pihak berwajib terkait peraturan pembatasan sosial di tengah pandemi dan tetap berkumpul untuk melakukan unjuk rasa di Bangkok.

Di sisi lain, pada aksi Kamis malam itu tidak terlihat adanya petuga kepolisian yang berjaga maupun melakukan pengawasan di lokasi unjuk rasa.

Aksi unjuk rasa di ibu kota Thailand ini merupakan lanjutan dari gelombang unjuk rasa yang sempat terjadi di beberapa wilayah lain seperti Ayutthaya, Khon Kaen, Sakon Nakhon dan Pattani.

Para pemuda ini juga sudah berencana untuk melakukan aksi serupa pada akhir pekan nanti di Bangkok dan beberapa wilayah lain secara serentak.

Hari Sabtu pekan lalu sebuah unjuk rasa berskala besar juga terjadi di Bangkok. Setidaknya ada 2.500 orang hadir dalam unjuk rasa di Bangkok tersebut.

Dari segi jumlah pengunjuk rasa, ini adalah salah satu demonstrasi jalanan terbesar sejak kudeta militer tahun 2014 silam.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×