Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein bertemu Presiden Iran Hassan Rouhani pada Sabtu (26/9) di Teheran, Iran. Mereka membahas kelangsungan hubungan bilateral Irak-Iran.
Dikutip dari Al Jazeera, HusseinHussein juga bertemu Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dan Ketua Parlemen Iran Mohammed Bagher Ghalibaf. Kkedua menteri luar negeri mendiskusikan tentang peningkatan hubungan politik dan ekonomi serta peran Amerika Serikat (AS) di kawasan.
Pertemuan tingkat tinggi itu terjadi setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Juli lalu bertemu dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi di Teheran.
Rouhani mengatakan kepada Hussein, Iran mendukung penuh persatuan antara faksi Syiah, Sunni, dan Kurdi di Irak. Dan, ia menyebutkan, pasukan AS adalah faktor yang membuat tidak stabil di wilayah tersebut.
"Kami menganggap kehadiran pasukan bersenjata AS di kawasan, baik di Irak, Afghanistan, atau negara-negara di Selatan Teluk Persia, akan merugikan keamanan dan stabilitas kawasan," ungkap Rouhani seperti dilansir Al Jazeera.
Baca Juga: Teheran: AS tidak dapat memaksakan negosiasi atau perang terhadap Iran
Dalam pembicaraan terkait hubungan bilateral Irak-Iran, nama AS berulang kali disebut. Bukan tanpa alasan, AS memang jadi aktor yang memainkan peran aktif di kawasan Timur Tengah.
Pada Januari lalu, AS membunuh Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani di tanah Irak. Kejadian itu membuat hubungan Irak-AS kembali memanas.
Poin hubungan bilateral Irak-Irak
Dalam pertemuan akhir pekan lalu, kedua negara menekankan pada pengembangan hubungan politik, ekonomi, dan budaya. Hussein pun menyambut baik hubungan bilateral yang berkembang.
Kunjungannya ke Teheran juga bermaksud untuk membuat kemajuan dalam hubungan perbatasan, transportasi, dan perdagangan.
Baca Juga: Trump: Setiap serangan oleh Iran terhadap AS, kami balas 1.000 kali lebih besar!
Sebuah komite khusus telah dibentuk. Komite ini akan melakukan perjalanan ke Iran dalam waktu dua minggu ke depan untuk merundingkan dan menyelesaikan perjanjian bilateral Irak-Iran.
Topik utama dalam diskusi adalah pengerukan sebagian Shatt Al-Arab, sungai sepanjang 200 km yang oleh Iran disebut Arvan Rud.
Ujung Selatan sungai merupakan perbatasan antara Iran dan Irak dan muara sungai mengalir ke Teluk Persia. Kedua negara bertujuan untuk memperluas hubungan perdagangan melalui sungai.
Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, kedaulatan Irak sangat penting bagi Iran, dan mengecam setiap serangan terhadap diplomat Iran atau alasan diplomatik di Irak.
Baca Juga: Iran dan Korea Utara lanjutkan kerjasama rudal jarak jauh?
Hubungan bilateral Irak-Iran yang sedang dibicarakan ini akan menjadi babak baru dalam kedekatan kedua negara.
Sekadar mengingatkan, kedua negara pernah bertempur pada Perang Irak-Iran (1980-1988), menewaskan ratusan ribu orang, dan baru menyelesaikan penyerahan tawanan perang pada 2003.
Perang Irak-Iran dianggap sebagai perang terlama di era modern dan sampai saat ini dampaknya masih terasa, tidak hanya bagi kedua negara, tapi juga kawasan Timur Tengah.