kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.387   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.537   71,97   0,96%
  • KOMPAS100 1.064   14,76   1,41%
  • LQ45 799   11,65   1,48%
  • ISSI 255   1,27   0,50%
  • IDX30 417   4,85   1,18%
  • IDXHIDIV20 475   4,36   0,93%
  • IDX80 120   1,68   1,42%
  • IDXV30 124   1,21   0,99%
  • IDXQ30 133   1,67   1,27%

Malaysia Setuju Tingkatkan Impor Teknologi dan LNG dari AS Senilai US$150 Miliar


Selasa, 05 Agustus 2025 / 11:35 WIB
Malaysia Setuju Tingkatkan Impor Teknologi dan LNG dari AS Senilai US$150 Miliar
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A Malaysia Ringgit note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia akan menggelontorkan dana hingga US$ 150 miliar dalam lima tahun ke depan untuk membeli peralatan dari perusahaan multinasional Amerika Serikat (AS), khususnya di sektor semikonduktor, dirgantara, dan pusat data (data center).

Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang terbaru dengan Washington guna meredakan ketegangan tarif.

Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Aziz menyampaikan hal ini di hadapan parlemen pada Senin (4/8/2025).

Baca Juga: Hasil Kesepakatan Dagang, Malaysia Belanja Peralatan dari Amerika US$ 150 Miliar

Ia menjelaskan bahwa kesepakatan tersebut tercapai setelah negosiasi intensif menyusul keputusan AS yang akan menerapkan tarif impor sebesar 19% terhadap produk Malaysia mulai 8 Agustus 2025 lebih rendah dari ancaman tarif 25% yang sempat dilontarkan bulan lalu.

Sebagai bagian dari kesepakatan dagang ini, perusahaan energi milik negara, Petroliam Nasional Berhad (Petronas), akan membeli gas alam cair (LNG) dari AS senilai US$ 3,4 miliar per tahun.

Di sisi lain, Malaysia akan menanamkan investasi lintas negara senilai US$ 70 miliar ke Amerika Serikat selama lima tahun ke depan untuk mengurangi defisit perdagangan AS.

Data pemerintah AS mencatat, defisit perdagangan barang dengan Malaysia mencapai US$ 24,8 miliar pada tahun 2024.

Tengku Zafrul mengatakan kedua negara tengah merampungkan pernyataan bersama yang merinci komitmen tersebut.

“Meskipun tarif yang dikenakan lebih rendah dari perkiraan awal, kami menilai hasil negosiasi ini cukup berimbang dengan tawaran yang diberikan Malaysia,” ujar Zafrul.

Baca Juga: FGV Holdings Akan Resmi Didepak dari Bursa Malaysia pada 28 Agustus

Konsesi Tambahan dari Malaysia

Selain pembelian teknologi dan energi, Malaysia juga memberikan sejumlah konsesi tambahan.

Di antaranya adalah penghapusan atau pengurangan bea masuk atas 98,4% produk impor asal AS, pelonggaran sejumlah hambatan non-tarif, serta pencabutan kewajiban bagi platform media sosial dan penyedia layanan cloud asal AS untuk menyetor sebagian pendapatannya ke dana negara.

Pekan lalu, Tengku Zafrul juga memastikan bahwa produk farmasi dan semikonduktor Malaysia tetap mendapat pengecualian dari tarif AS.

Namun, pemerintah masih mengupayakan pengecualian tambahan untuk komoditas utama lainnya seperti kakao, karet, dan minyak sawit.

Baca Juga: Sektor Farmasi dan Semikonduktor Malaysia Dibebaskan dari Tarif AS

Meski demikian, ia memperingatkan bahwa industri semikonduktor Malaysia tetap berisiko dikenai tarif tambahan berdasarkan undang-undang keamanan nasional AS.

“Oleh karena itu, kita perlu tetap waspada terhadap potensi pengenaan tarif tambahan terhadap industri semikonduktor,” tuturnya.

Selanjutnya: Cara Ampuh Jadi Kaya: Katakan Tidak untuk 8 Hal Ini

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Hari Ini (5/8) Waspada Hujan Lebat di Jakarta Sekitarnya




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×