kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.421   -121,00   -0,73%
  • IDX 7.465   -73,12   -0,97%
  • KOMPAS100 1.049   -9,76   -0,92%
  • LQ45 788   -9,08   -1,14%
  • ISSI 253   -2,74   -1,07%
  • IDX30 412   -0,51   -0,12%
  • IDXHIDIV20 470   2,87   0,61%
  • IDX80 118   -1,14   -0,95%
  • IDXV30 123   0,72   0,59%
  • IDXQ30 131   0,68   0,52%

Hasil Kesepakatan Dagang, Malaysia Belanja Peralatan dari Amerika US$ 150 Miliar


Senin, 04 Agustus 2025 / 14:41 WIB
Hasil Kesepakatan Dagang, Malaysia Belanja Peralatan dari Amerika US$ 150 Miliar
ILUSTRASI. Sejumlah warga berfoto di kawasan Pintasan Saloma mercu tanda Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (10/10/2022) malam. Perdana Menteri Malaysia Dato' Seri Ismail Sabri Yaakob mengumumkan pembubaran Parlemen Malaysia ke-14 di Putrajaya siang tadi seusai mendapat persetujuan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah. Malaysia bakal mengadakan Pemilu Umum ke-15 (PRU15) dalam waktu 60 hari setelah pembubaran dilakukan. ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman/wsj.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia akan mengalokasikan hingga US$ 150 miliar dalam lima tahun ke depan untuk membeli peralatan dari perusahaan multinasional Amerika Serikat (AS). Peralatan tersebut berupa semikonduktor, dirgantara, dan pusat data. 

Langkah ini merupakan bagian dari kesepakatan dengan Washington terkait pengurangan tarif perdagangan. Pekan lalu, Amerika Serikat mengumumkan akan memberlakukan tarif impor sebesar 19% terhadap Malaysia mulai 8 Agustus lebih rendah dibandingkan ancaman tarif sebesar 25% yang sempat dilontarkan bulan sebelumnya.

Menteri Perdagangan Internasional dan Industri, Tengku Zafrul Aziz, Senin (4/8) dikutip Reuters menjelaskan, perusahaan energi milik negara, Petroliam Nasional Berhad (Petronas), akan membeli gas alam cair (LNG) senilai US$ 3,4 miliar per tahun dari AS. Selain itu, Malaysia juga akan berkomitmen terhadap investasi lintas batas sebesar US$ 70 miliar di Amerika Serikat dalam lima tahun mendatang untuk membantu mengatasi defisit neraca perdagangan antara kedua negara.

Baca Juga: FGV Holdings Akan Resmi Didepak dari Bursa Malaysia pada 28 Agustus

Data pemerintah menunjukkan pada tahun 2024, AS mencatat defisit perdagangan barang dengan Malaysia sebesar US$ 24,8 miliar.

Tengku Zafrul menyatakan kedua negara sedang menyelesaikan pernyataan bersama yang mencakup komitmen tersebut, setelah beberapa pekan negosiasi atas kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. "Meski tarif yang dikenakan lebih rendah dari yang diperkirakan, kementerian percaya bahwa hasil negosiasi ini sudah sepadan dengan penawaran yang telah diberikan Malaysia," ujar dia.

Beberapa konsesi lain yang diberikan Malaysia diantaranya pengurangan atau penghapusan bea masuk atas 98,4% produk impor dari AS, pelonggaran hambatan non-tarif tertentu, serta pencabutan kewajiban bagi platform media sosial dan penyedia layanan cloud asal AS untuk menyetor sebagian pendapatan mereka di Malaysia ke dana negara.

Pekan lalu, Tengku Zafrul juga mengumumkan Malaysia telah mendapatkan pembebasan tarif untuk produk farmasi dan semikonduktor yang diekspor ke AS dan masih berupaya memperoleh keringanan tambahan untuk komoditas seperti kakao, karet, dan minyak sawit.

Namun pada Senin ia mengingatkan produk chip semikonduktor tetap bisa dikenai tarif tambahan berdasarkan undang-undang keamanan nasional AS. "Oleh karena itu, kami perlu terus bersiap menghadapi kemungkinan penerapan tarif tambahan terhadap industri semikonduktor," kata Tengku Zafrul.

Baca Juga: Tumbangkan Malaysia, Alwi Farhan Juara Macau Open 2025

Selanjutnya: MNC Bank Mencatat Pengguna MotionBank Tumbuh 8,04% pada Juni 2025

Menarik Dibaca: Apakah Bagus Makan Apel untuk Diet Menurunkan Berat Badan?




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×