CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Mantan buruh menjelma jadi raja mebel Hong Kong


Selasa, 28 Oktober 2014 / 12:54 WIB
Mantan buruh menjelma jadi raja mebel Hong Kong
ILUSTRASI. Inilah 5 Penyebab Skin Barrier Rusak, Hindari Over Exfoliating!


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

HONG KONG tidak hanya mencetak miliarder dari bisnis kasino. Coba tengok kisah Wong Man Li. Di usia 49 tahun, Man Li masuk jajaran orang terkaya di Hong Kong.

Forbes menaksir, kekayaan Man Li mencapai US$ 1 miliar per Oktober 2014. Orang terkaya ke-41 di Hong Kong ini memiliki harta berlimpah lewat bisnis furnitur Man Wah Holdings. 

Kombinasi dari inovasi, kerja keras dan kejelian melihat peluang merupakan tiga faktor utama yang membawa Man Li menyandang predikat miliarder. Menggarap bisnis furnitur sejak tahun 1992, Man Li kini menjadi pemasok mebel ternama di pasar Amerika Serikat (AS).

Produk furnitur Man Wah muncul di pasar AS lewat toko ritel setempat. Misal, peritel Macy's di AS. Puncak kesuksesan Man Wah dimulai pada tahun 2012. Saat itu, penjualan Man Wah naik 19% sekaligus menempatkan Man Wah menjadi penguasa pasar mebel di AS, berdasarkan data Furniture Today. Sukses mengembangkan bisnis, Man Li memboyong perusahaannya ke lantai bursa saham pada tahun 2010 lalu.

Pasca IPO, kekayaan Man Li melesat. Saham Man Wah di bursa saham Hong Kong terus menanjak. Sepanjang tahun 2012, harga saham Man Wah terbang hingga tiga kali lipat. Dus, sebagai pemegang 607,6 juta saham Man Wah, kekayaan Man Li melonjak menjadi HKD 8,27 miliar atau sekitar US$ 1,06 miliar. 

Siapa sangka, jika raja mebel dari Hong Kong ini memulai kisah suksesnya dari nol. Sejatinya, Man Li merupakan warga keturunan China yang bermukim di Fujian. Selepas lulus sekolah menengah, Man nekat hijrah ke Hong Kong di usia 15 tahun, pada tahun 1980.

Agar bisa bertahan hidup di Hong Kong, Man Li bekerja sebagai buruh pabrik Hong Kong Kang Li Electronics Group Company Limited. Kala itu, Man Li hanya mengantongi upah kurang dari US$ 4 saban hari. 

Ketekunan Man Li berbuah manis. Setelah empat tahun banting tulang sebagai buruh, Man Li naik jabatan menjadi manajer. Pada tahun 1985, Man Li hengkang ke Hong Kong De Bao Yin Ran Factory Company Limited. 

Man Li mengabdi di pabrik tersebut selama enam tahun. Kerja keras Man Li membuat dia berhasil menduduki berbagai posisi strategis di perusahaan. Bahkan Man Li mampu membeli apartemen mewah dari hasil jerih payahnya.  Tapi, jabatan bagus dan penghasilan tinggi tidak cukup memuaskan Man Li. 

Bapak dua anak ini merasa masih ada yang kurang dalam hidupnya. Hingga suatu ketika, Man Li menjual apartemennya. 

Duit US$ 120.000 hasil penjualan apartemen digunakan Man Li untuk mendirikan pabrik di zona ekonomi Shenzhen. September 1992, Man Li menguras seluruh tabungannya untuk mendirikan Man Wah Sofa Factory.

Pilihan Man Li berbisnis mebel bukan sembarangan. "Bisnis ini tidak memerlukan pabrik besar, produknya tidak rumit, dan sangat mudah menemukan pelanggan di Hong Kong," ujar Man Li kepada Forbes. 

Awalnya, Man Wah membidik pasar furnitur Hong Kong. Seiring berjalan waktu, Man Li mulai getol ekspansi ke pasar AS, Kanada, Inggris, China dan Singapura. Selain memasok mebel ke peritel lokal, Man Li juga mendirikan jejaring bisnis sendiri.

Tahun ini, gerai Man Li sebanyak 1.000. Man Li menargetkan menambah 500 gerai pada tahun 2015. Tahun ini, Man li terus memperbesar jejaring bisnisnya. 

Mengusung sofa "CHEERS", Man Wah baru saja merambah pasar Australia. Man Wah juga menerjang pasar Eeopa lewat kerjasama dengan peritel DFS. Di pasar AS, Man Wah membidik kerjasama dengan Costco.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×