Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Mantan Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond mengatakan, parlemen akan memblokir Brexit tanpa kesepakatan bila pihak-pihak yang tidak terpilih di belakang Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mencoba memaksa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober tanpa kesepakatan.
Saat ini, Inggris memang tengah menuju ke arah krisis konstitusi dan pertikaian dengan Uni Eropa ketika Johnson berjanji meninggalkan blok tersebut dalam waktu 78 hari tanpa kesepakatan kecuali bila Uni Eropa setuju menegosiasikan kembali tata cara perceraian Brexit.
Baca Juga: Ekonomi Inggris turun, kurs pondsterling melemah terhadap yen
Setelah lebih tiga tahun masalah Brexit mendominasi urusan Uni Eropa, blok tersebut telah berulang kali menolak membuka kembali perjanjian penarikan yang mencakup polis asuransi perbatasan Irlandia yang disetujui pendahulu Johnson , Theresa May, yang disepakati pada November 2018 lalu.
Hammond yang menjabat sebagai Menteri Keuangan May selama tiga tahun mengatakan, orang-orang yang tidak dipilih di Kantor Downing Street Johnson tengah mengatur agar London masuk ke jalalur yang tak terhindarkan menuju Brexit tanpa kesepakatan dengan tuntutan agar backstop dibatalkan.
"Orang-orang di belakang ini tahu bahwa itu berarti tidak akan ada kesepakatan," kata Hammond kepada BBC seperti dilansir Reuters, Rabu (14/8). "Parlemen jelas menentang keluarnya kesepakatan, dan perdana menteri harus menghormati itu,"imbuhnya.
Intervensi publik pertama mantan menteri di era May sejak pengunduran diri tersebut menunjukkan tekad sekelompok pembuat undang-undang berpengaruh untuk menggagalkan Johnson jika ia memilih Brexit tanpa kesepakatan.
Baca Juga: Gara-gara Brexit, pertumbuhan ekonomi Inggris menyusut
Hammond mengatakan dia yakin parlemen, di mana mayoritas menentang Brexit tanpa kesepakatan, akan menemukan cara untuk memblokir hasil itu.
Namun, tidak jelas apakah anggota parlemen memiliki persatuan atau kekuatan untuk menggunakan hati demokrasi Inggris yang berusia 800 tahun untuk mencegah Brexit yang tidak bersepakat pada 31 Oktober, kemungkinan akan menjadi langkah paling penting Britania Raya sejak Perang Dunia Kedua.
Penentang yang tidak setuju mengatakan itu akan menjadi bencana bagi apa yang dulunya salah satu negara demokrasi paling stabil di Barat. Sebuah perceraian yang tidak teratur, kata mereka, akan melukai pertumbuhan global, mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar keuangan dan melemahkan klaim London sebagai pusat keuangan terkemuka di dunia.
Pendukung Brexit mengatakan mungkin ada gangguan jangka pendek dari keluarnya kesepakatan tetapi bahwa ekonomi akan berkembang jika terbebas dari apa yang mereka lemparkan sebagai percobaan terkutuk dalam integrasi yang telah menyebabkan Eropa mundur dan berada di belakang China dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Inggris: Kami siap dan bersedia melakukan perjanjian Brexit dengan Eropa