kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.060   76,41   1,09%
  • KOMPAS100 1.056   15,99   1,54%
  • LQ45 831   13,98   1,71%
  • ISSI 214   1,38   0,65%
  • IDX30 424   7,59   1,82%
  • IDXHIDIV20 511   8,76   1,75%
  • IDX80 120   1,83   1,54%
  • IDXV30 125   0,81   0,66%
  • IDXQ30 141   2,26   1,63%

Manufaktur China Berpotensi Makin Terkontraksi Akibat Aksi Demo


Rabu, 30 November 2022 / 17:59 WIB
Manufaktur China Berpotensi Makin Terkontraksi Akibat Aksi Demo
ILUSTRASI. Pabrik baja di China. REUTERS/Aly Song


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kebijakan super ketat pemerintah China untuk meredam kasus Covid-19 semakin menekan ekonomi negara tersebut. Gelombang protes yang meletus di kota-kota China terhadap kebijakan itu akan semakin memperparah tekanan ekonomi. 

Aktivitas pabrik di China kembali mengalami kontraksi. Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistis Nasional (NBS), indeks pembelian manajer (PMI) manufaktur negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu hanya tercatat 48 pada November 2022. Itu turun dari level 49,2 pada bulan sebelumnya. 

Indeks di bawah level 50 menandakan bahwa aktivitas manufaktur sedang mengalami kontraksi. Capaian tersebut merupakan terendah sejak April 2022 dan juga berada di bawah perkiraan ekonom yang disurvei Bloomberg sebelumnya, yakni 49. 

China bersikeras mempertahankan kebijakan nol-Covid untuk memberantas wabah dengan karantina ketat dan pengujian massal yang disebut-sebut jadi penyebab turunnya kepercayaan bisnis di negara itu.

Baca Juga: Pendiri Alibaba, Jack Ma Terpantau Berada di Jepang

Kebakaran mematikan minggu lalu di Urumqi, di wilayah Barat Laut Xinjiang memicu kemarahan publik. Para demonstran menuding kebijakan Nol-Covid-19 telah menghambat upaya penyelamatan. 

Jika aksi protes terus berlanjut, para ekonom khawatir prospek ekonomi China akan semakin kabur. Bruce Pang, Kepala Ekonom dan Kepala Penelitian Jones Lang LaSalle Inc (JLL) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini akan melambat jadi sekitar 3%. 

Menurutnya, para pembuat kebijakan perlu meningkatkan stimulus guna memacu pemulihan ekonomi tahun depan. 

"Sementara jika gangguan dari wabah Covid-19 dan pembatasan aktivitas sosial berkurang, ekonomi China kemungkinan besar bisa kembali tumbuh 5% paling cepat pada kuartal II 2023," katanya seperti dikutip Bloomberg, Rabu (30/11).

Ekonom Bloomberg memandang pemulihan ekonomi akan lambat karena China mencari cara untuk hidup dengan virus. Namun, adanya tanda-tanda baru pelemahan ekonomi bisa meningkatkan kemungkinan pelonggaran kebijakan Covid-19.

Pendekatan baru yang dilakukan perlu mencapai keseimbangan yakni meningkatkan aktivitas ekonomi tanpa membiarkan penyebaran virus yang tidak terkendali. 

Sementara Zhang Zhiwei, Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management Ltd melihat aktivitas ekonomi kemungkinan akan terus melemah pada bulan Desember dan kuartal pertama tahun depan. Perkiraannya rebound yang didorong oleh pembukaan kembali tampaknya akan terjadi pada paruh kedua tahun 2023.

sementara aksi protes di China berpotensi menekan bisnis Apple. Pasalnya, wilayah pabrik iPhone terbesar milik Foxconn ada di Zhengzhou, pusat demonstrasi para pekerja terhadap kebijakan Nol-Covid-19. Disana para pekerja bentrok secara brutal dengan petugas keamanan.

Baca Juga: Citi Ramal Pertumbuhan Ekonomi Global Hanya Akan Ada di Bawah 2% pada Tahun 2023

Menurut sumber Bloomberg yang mengetahui operasi pabrik tersebut, produksi iPhone kemungkinan bisa turun hampir 6 juta unit tahun ini akibat gejolak tersebut. Namun, situasi di pabrik Foxconn sejauh ini masih cair sehingga perkiraan penurunan produksi bisa saja berkurang.

Kawasan Zhengzhou telah dirusak oleh penguncian dan kerusuhan pekerja selama berminggu-minggu setelah infeksi Covid membuat Foxconn dan pemerintah setempat berjuang untuk menahan wabah tersebut. Ribuan staf melarikan diri pada bulan Oktober setelah kekurangan makanan kronis, kemudian digantikan oleh karyawan baru yang memberontak terhadap upah dan praktik karantina.

Fasilitas Foxconn menghasilkan sebagian besar perangkat iPhone 14 Pro dan Pro Max, handset Apple yang paling banyak diminati tahun ini. Ponsel premium tersebut telah mengatasi permintaan yang merosot untuk model iPhone 14 biasa. Apple menurunkan target produksi keseluruhan menjadi sekitar 87 juta unit dari proyeksi sebelumnya 90 juta unit.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×