Reporter: Sopia Siregar, Bloomberg, Reuters | Editor: Uji Agung Santosa
WASHINGTON. Pertumbuhan sektor manufaktur di seluruh dunia melambat. Indeks manufaktur dari China sampai kawasan Eropa di Juni menurun. Menambah kekhawatiran kalau permintaan ekspor, penggerak utama pemulihan global, tengah melemah.
Data terbaru dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan kondisi serupa. Menurunnya pesanan domestik dan luar negeri membuat kenaikan indeks manufaktur AS di Juni menjadi yang terlambat dalam setahun terakhir. Institute for Supply Management, Jumat (2/7), melaporkan indeks manufaktur Juni turun ke level 56,2 dari posisi 59,7 di Mei.
Ekspansi masih terjadi karena indeks masih di atas level 50. Tapi, angka ini jauh di bawah prediksi ekonom yang disurvei Bloomberg, yang memperkirakan penurunan hanya sampai level 59.
Lembaga itu juga melaporkan, pesanan baru di Juni mencapai level terendah sejak Oktober 2009. Saat ini manufaktur AS tengah menghadapi risiko kelebihan persediaan dari melemahnya ekonomi China dan Eropa.
"Penurunan pertumbuhan di sektor manufaktur di paro kedua tahun ini cukup besar ketimbang posisi awal tahun," ujar Richard DeKaser, kepala ekonom Woodley Park Research, kemarin.
Sektor tenaga kerja di Negeri Uwak Sam ini juga belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Pada Juni 2010, survei Reuters memprediksi, jumlah tenaga kerja bakal menurun karena adanya pengurangan data pekerja sensus yang selesai kontraknya.
Jumlah pekerja non-pertanian di Juni diprediksi anjlok 110.000 orang dari kenaikan 431.000 orang di Mei. Khusus bulan Mei, pemerintah AS telah merekrut sekitar 411.000 pekerja sensus.
Penyerapan tenaga kerja di sektor swasta diprediksi naik 112.000 orang. Di Mei, penyerapan sektor swasta hanya 41.000 orang. "Pasar tenaga kerja masih mengkhawatirkan. Saya menduga penyerapan swasta hanya naik 50.000 orang," ujar Sung Won Sohn, profesor ekonomi Universitas California.
Dia menambahkan, AS butuh menyerap tenaga kerja ratusan ribu orang per bulan. Barulah pertumbuhan ekonomi bisa terdorong signifikan.