Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Perlambatan pertumbuhan tingkat tenaga kerja di Singapura tidak dapat dihindarkan. Menurut Kepala Bank Sentral Singapura pada Senin (22/1), upaya untuk mengimbangi perlambatan tersebut dengan pekerja asing bukan pilihan yang tepat.
Saat ini, Singapura dapat dikatakan tengah menghadapi masalah yang umum terjadi pada banyak masyarakat maju, yakni populasi penduduk yang menua. Di sisi lain, Negeri Merlion ini juga memperketat pembatasan pekerja asing dalam beberapa tahun terakhir.
"Kita harus menerima tingkat pertumbuhan tenaga kerja yang melambat," kata Ravi Menon, managing director Otoritas Moneter Singapura, dalam sebuah pidato mengenai dampak populasi Singapura yang menua terhadap ekonominya.
Dia menambahkan, "Perlambatan demografis yang mendasari begitu parah sehingga tidak mungkin untuk mengimbangi sepenuhnya melalui imigrasi pekerja asing."
Menon mencatat, pertumbuhan produk domestik bruto pada dasarnya adalah jumlah pertumbuhan produktivitas dan pertumbuhan angkatan kerja. Dia juga menambahkan, peningkatan produktivitas akan sangat penting bagi perekonomian Singapura ke depan.
Bagaimanapun juga, lanjutnya, memiliki pertumbuhan tenaga kerja nol tidak akan optimal.
"Pertumbuhan produktivitas akan menjadi sumber yang jauh lebih penting dari keseluruhan kesejahteraan ekonomi kita daripada hanya kenaikan jumlah pegawai di angkatan kerja," kata Menon saat menjawab pertanyaan dari para hadirin.
Dia juga mencatat, peningkatan produktivitas juga terkait dengan pengetahuan yang tertanam dalam angkatan kerja. "Saya tidak yakin kita akan mampu memiliki nol angkatan kerja," katanya.
Menurut data pemerintah Singapura, jumlah warga Singapura dan penduduk tetap berusia 15 dan di atas angkatan kerja meningkat sebesar 1,1% pada tahun hingga Juni 2016. Ini merupakan tingkat pertumbuhan paling lambat dalam tiga tahun terakhir.
Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja rata-rata sekitar 1-1,5% pada 2013 sampai 2016, dan telah mencapai hampir 10% pada 2010.