kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Maskapai China ramai-ramai meminta kompensasi dari Boeing terkait 737 MAX


Rabu, 22 Mei 2019 / 15:54 WIB
Maskapai China ramai-ramai meminta kompensasi dari Boeing terkait 737 MAX


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tiga maskapai penerbangan terbesar asal China telah meminta produsen pesawat Amerika Serikat Boeing Co untuk memberi kompensasi atas kerugian yang disebabkan grounding dan keterlambatan pengiriman pesawat 737 MAX.

Juru bicara Air China Ltd dan China Southern Airlines Co Ltd mengatakan kepada Reuters bahwa kedua maskapai ini menyusul permintaan serupa dari China Eastern Airlines Corp Ltd.

China sendiri adalah negara pertama yang mengandangkan Boeing 737 MAX setelah kecelakaan di Ethiopia yang menewaskan 157 orang pada Maret lalu.

“China telah mengandangkan 96 pesawat, yang setara dengan 4% dari total armada pesawat. Grounded tersebut menyebabkan kerugian besar bagi maskapai penerbangan Tiongkok,” kata pakar penerbangan China Li Xiaojin.

Li memperkirakan, dalam sehari kerugian tersebut setidaknya mencapai 100.000 yuan atau setara US$ 14.469,90 per untuk tiap pesawat. 

“Potensi biaya yang harus ditanggung juga besar. Perlambatan pertumbuhan penumpang di China untuk bulan Maret dan April sebagian besar disebabkan oleh grounded pesawat 737 MAX," kata Li.

Di sisi lain, operator penerbangan di luar China juga meminta kompensasi dari Boeing. Di antaranya Turkish Airlines, United Airlines, Ryanair dan Flydubai.

Permintaan kompensasi ini muncul ketika China dan Amerika Serikat terlibat dalam perang dagang yang memanas. Di mana Washington menuduh Beijing mundur pada hampir semua poin dari kesepakatan perdagangan yang dibicarakan.

Pemerintah AS sejak itu telah menaikkan tarif impor produk asal Cina senilai US$ 200 miliar. Hal ini mendorong kekhawatiran bahwa China dapat melakukan pembalasan terhadap perusahaan-perusahaan asal AS.

Bloomberg minggu lalu melaporkan bahwa maskapai besar Tiongkok sedang mempertimbangkan untuk bekerja sama guna mendapat kompensasi dari Boeing. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×