Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Segambreng menu dagangan bukan jaminan untung bagi bisnis makanan cepat saji. Bahkan seabrek tawaran menu dituding sebagai biang keladi penurunan bisnis raksasa restoran cepat saji dunia, McDonald's Corporation.
Itu sebabnya, pewaralaba McDonald's di berbagai negara menuntut manajemen pusat McDonald's Corporation memangkas daftar panjang menu restoran tersebut. Mereka ingin McDonald's berfokus dan kembali ke khittahnya sebagai penjaja burger.
Tuntutan tersebut muncul seiring dengan pergantian pucuk pimpinan McDonald's, dari Don Thompson kepada Steve Easterbrook, mulai 1 Maret mendatang. Thompson mundur dari posisi CEO McDonald's karena meredupnya kinerja perusahaan ini.
Bahkan tahun 2014 merupakan tahun terburuk kinerja McDonald's akibat galau menghadapi perubahan pasar dan persaingan. Penjualan bulanan perusahaan ini terus turun sebesar 3,3%. Di sisi lain, pesaing McDonald's di kelas restoran cepat saji rajin berinovasi.
Salah satunya Chipotle Mexican Grill Inc, restoran aneka makanan khas Meksiko, seperti burrito dan taco, plus kebab. Kuartal III-2014, penjualan Chipotle tumbuh sekitar 19,8%. Berdasarkan survei yang dirilis awal Januari 2015, McDonald's terlalu banyak menawarkan menu.
Akibatnya, kualitas layanan merosot. McDonald's juga gagal berinovasi. Misalnya, McWraps, menu baru, McDonald's, kurang disukai pasar. Sebenarnya, Thompson berupaya merebut lagi pangsa pasarnya dengan melakukan sejumlah perubahan.
Ia sempat meniru trik Chipotle yang membebaskan pelanggan berkreasi atas menu pesanannya. "Tapi sudah terlambat," ujar seorang pewaralaba McDonald's kepada Reuters, Jumat (30/1).
Dia berharap CEO baru McDonald's mampu mengubah nasib perusahaan ini. Bagaimana dengan di Indonesia? Rekso Group, pewaralaba McDonald's di Indonesia, akan mengikuti kebijakan dari pusat. Tapi, "Kami tidak dalam organisasi McDonald's," kata Agus Susilarto, eksekutif dari Grup Sosro.