kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menelisik jalan terjal yang dilewati Xiaomi untuk berekspansi di bisnis jasa keuangan


Jumat, 23 Agustus 2019 / 18:58 WIB
Menelisik jalan terjal yang dilewati Xiaomi untuk berekspansi di bisnis jasa keuangan
ILUSTRASI. Logo Xiaomi


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - MUMBAI. Perusahaan teknologi asal China, Xiaomi siap untuk meluncurkan bisnis pinjaman konsumer di India dalam beberapa minggu mendatang. Hal ini praktis membuat kemiringan yang ambisius di pasar layanan keuangan yang berkembang pesat yakni terkait masalah privasi data dan persaingan yang ketat. 

Tentu saja, hal ini membuat rencana bisnis baru Xioami penuh dengan tantangan ke depan.

Baca Juga: Duh, Tarif Baru AS Bakal Pangkas Pertumbuhan Ekonomi China di Bawah 6%

Dalam artikel yang dimuat Reuters, Jumat (23/8) disebutkan bahwa Xiaomi bertaruh cukup tinggi sebagai vendor telepon seluler terbesar keempat di dunia, yang bisnis modelnya bergantung pada penjualan perangkat keras dengan harga rendah sebagai penyumbang laba. 

Pasalnya, perusahaan melaporkan laba kuartal II 2019 cukup mengecewakan pada hari Selasa (20/8) dan sahamnya menciut menjadi di atas setengah harga IPO 2018.

Xiaomi bertaruh, pihaknya dapat memanfaatkan posisi nomor satu di pasar ponsel pintar India untuk memanfaatkan sektor layanan keuangan yang menguntungkan. Namun, kekhawatiran publik tengah meningkat terkait privasi data, bahkan memaksa raksasa teknologi seperti Google dan Facebook untuk mengubah cara mereka melakukan bisnis, menyisakan jalan berbatu untuk perusahaan China.

Memang, pendekatan Xiaomi untuk pengumpulan data dan privasi telah menimbulkan spekulasi di antara beberapa orang yang akrab dengan rencana ekspansi internasionalnya. Namun, menurut dokumen yang ditelusuri oleh Reuters, Xiaomi tetap menjadi pemain kecil dalam layanan keuangan di negara asalnya.

Baca Juga: Permintaan batubara di China diprediksi akan turun mulai 2025

Xiaomi memang tengah menghadapi persaingan sengit di seluruh Asia, mulai dari bank, raksasa teknologi global, start up fintech dan lainnya yang juga berjuang mencicipi kue ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini.

Di Indonesia, pasar utama lainnya, unit keuangan Xiaomi harus ditutup pada akhir 2018 karena ketidaksepakatan dengan regulator mengenai perizinan. Salah satu sumber Reuters menyebut upaya Xiaomi di India sudah cukup positif lewat aplikasi pembayaran Mi Pay yang diluncurkan pada bulan Maret 2019.

"Mereka tampaknya mengikuti pemimpin pasar, Apple dan Google, yang menjadikan smartphone pada akhirnya lebih dari telepon dan masuk ke bisnis finansial," kata sumber Reuters

Baca Juga: Pompeo beritahu PM Kanada pihaknya fokus membebaskan warganya yang ditahan China

Layanan Mi Credit baru Xiaomi di India, menawarkan pinjaman hingga US$ 1.451 dengan suku bunga mulai 1,8%. Layanan ini dijadwalkan untuk meluncur dalam beberapa minggu mendatang. Juru bicara Xiaomi mengatakan bahwa Mi Credit masih dalam tahap beta.

India memang merupakan pasar terbesar Xiaomi di luar China, menurut peneliti pasar Counterpoint setidaknya Xiaomi berhasil menjual 70 juta telepon di India.

Pendapatan fintech Xiaomi juga tercatat naik 62,7% secara yoy menjadi US$ 112 juta untuk kuartal II 2019 dengan fokus pada pinjaman konsumen dan pembiayaan rantai pasokan (supply chain financing).

Baca Juga: Huawei siap mengoperasikan bisnisnya di bawah pembatasan AS

Dalam dokumennya, Xiaomi menggunakan data dari aktivitas telepon untuk membuat profil kredit. Antara lain berdasarkan identitas, tahap kehidupan, gaya hidup, hubungan sosial dan loyalitas merek pelanggan.

Masalah privasi telah membuat setidaknya satu mitra bank potensial di Indonesia mundur dari kesepakatan karena kekhwatiran tentang pengumpulan data invasif.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×