kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip ruang kendali perang China melawan virus corona


Selasa, 26 Mei 2020 / 14:21 WIB
Mengintip ruang kendali perang China melawan virus corona
ILUSTRASI. Warga memakai masker mengendarai sepeda di Wuhan, kota China yang terkena wabah virus korona (COVID-19) paling parah, di Provinsi Hubei, Kamis (14/5/202). REUTERS/Aly Song


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Wabah virus corona di China memberikan pandangan sekilas tentang bagaimana sistem kamera pengintai bekerja. Stasiun pemantauan dengan label "ruang perang" epidemi membantu memeriksa pergerakan orang dan meredam penyakit.

China sedang mencoba membangun salah satu jaringan teknologi pengawasan paling canggih di dunia, dengan ratusan juta kamera di tempat-tempat umum. Dan, semakin banyak menggunakan teknik, seperti pemantauan smartphone juga pengenalan wajah.

Melansir Reuters, tahun ini, kota-kota dan desa-desa di seluruh negeri tembok raksasa menggunakan sistem, untuk apa yang Pemerintah China sebut sebagai "perang rakyat melawan virus corona".

Sementara pihak berwenang terutama menggunakan data lokasi seluler dan aplikasi penelusuran nomor indentitas penduduk untuk menandai orang yang kembali dari luar negeri untuk karantina, sistem pengawasan kamera telah memainkan peran penting.

Baca Juga: Terpukul wabah corona, China perkuat undang-undang kesehatan masyarakat

Jaringan telah Pemerintah China gunakan untuk melacak kontak orang-orang yang terkonfirmasi terinfeksi virus corona, dan untuk menghukum bisnis serta individu yang melanggar pembatasan.

"Ini adalah situasi perang," kata seorang pegawai negeri bermarga Wang di Kota Tianjin, yang terlibat dalam pelacakan ribuan orang yang terkait dengan kluster virus corona di sebuah department store ke Reuters. "Kita harus mengadopsi pemikiran waktu perang".

Meskipun memiliki teknologi tinggi dari sistem, itu sangat tergantung pada banyak orang menonton rekaman di layar. Dikenal sebagai "anggota jaringan", mereka duduk di ruang pemantauan atau memelototi ponsel pintar dari jaringan kamera.

"Jenis pengawasan ini jauh lebih digerakkan oleh manusia dibandingkan digerakkan oleh teknologi," kata James Leibold, profesor di Universitas La Trobe, Australia, yang meneliti sistem serupa di Xinjiang, China, kepada Reuters.

Baca Juga: Brasil tetap pakai hydroxychloroquine, meski WHO setop uji coba




TERBARU

[X]
×