Sumber: Bloomberg |
MELBOURNE/SINGAPURA. Harga minyak mentah diperdagangkan berada di kisaran US$ 70 per barel ditengah keprihatinan bahwa penurunan dalam pertumbuhan kredit kemungkinan bisa menggebuk upaya pemulihan di China, negara dengan konsumsi energi terbesar kedua di dunia.
Harga minyak tergelincir sebesar 3,8% kemarin, penurunan yang paling besar dalam dua minggu lantaran saham China telah memimpin keterpurukan global.
"Kekhawatiran mengenai China kemudian diterjemahkan dalam bentuk perlemahan harga komoditi, termasuk harga minyak mentah," kata David Moore, Commodity Strategist Commonwealth Bank of Australia Ltd. di Sydney. Menurutnya, China merupakan bagian yang cukup besar dalam sejarah komoditi ini.
Harga crude oil untuk pengiriman Oktober berada di level US$ 70,33 per barrel, naik 37 sen pada pukul 3:59 EDT dalam perdagangan elektronik New York Mercantile Exchange. Kemarin, harga kontrak minyak mengkerut US$ 2,78 menjadi US$ 69,96, penurunan yang paling besar sejak 14 Agustus 2009. Tahun ini, harga emas hitam ini telah meningkat sebesar 57%.
"Suplai minyak untuk pasar sebanding dengan permintaan saat ini. Inilah salah satu alasan mengapa dalam tiga hingga enam bulan ke depan kita melihat harga minyak akan terlacak kembali," kata Moore. Ia memprediksi, harga minyak akan kembali berada di level US$ 60 per barel pada akhir tahun.
Departemen Energi AS besok kemungkinan bahwa persediaan minyak mentah AS akan menyusut minggu lalu sebesar 500 ribu barel dari 343,8 juta dari minggu sebelumnya.
Harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Oktober berada di level US$ 69,82 per barrel, naik 17 sen do ICE Futures Europe London.