kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   0,00   0,00%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Menilik Prospek Pasar Kendaraan Listrik di AS


Minggu, 29 Oktober 2023 / 14:26 WIB
Menilik Prospek Pasar Kendaraan Listrik di AS
ILUSTRASI. Penjualan kendaraan listrik telah mencapai tipping point alias titik kritis di AS.. REUTERS/Rebecca Cook


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Ford, GM, dan bahkan Tesla memperingatkan tentang pasar kendaraan listrik. Pasalnya penjualan kendaraan listrik telah mencapai tipping point alias titik kritis di AS.

Dikutip dari yahoo finance, perusahaan riset Kelley Blue Book (KBB) menemukan bahwa penjualan kendaraan listrik AS mencapai 313,000 unit pada kuartal ketiga, naik hampir 50% dari tahun ke tahun, dengan pangsa pasar kendaraan listrik mencapai 7,9%, level tertinggi yang pernah ada. Produsen mengingatkan bahwa produk hebat saja tidak cukup, tetapi harus bisa kompetitif dalam harga untuk bisa bertahan.

“Dalam industri kendaraan listrik, memiliki produk hebat saja tidak cukup. Kita harus benar-benar kompetitif dalam hal biaya,” kata CEO Ford Jim Farley.

Ford baru-baru ini menghentikan investasi dalam proyek kendaraan listrik senilai US$ 12 miliar sampai kapasitas tersebut diperlukan. Ford mengatakan dalam laporan pendapatannya bahwa pembeli kendaraan listrik di AS tidak bersedia membayar lebih untuk kendaraan listrik dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin atau hibrida, sehingga secara signifikan menekan harga dan profitabilitas kendaraan listrik.

Meskipun Ford mengatakan pihaknya optimis terhadap kendaraan listrik generasi kedua dan ketiga yang akan datang, penilaian suram perusahaan terhadap pasar listrik AS sejalan dengan laporan dari General Motors awal pekan ini.

Baca Juga: Pabrikan Jepang Serius Garap Mobil Listrik di Indonesia

“Kami juga memperlambat percepatan produksi kendaraan listrik di Amerika Utara untuk melindungi harga kami, beradaptasi dengan perlambatan pertumbuhan permintaan dalam jangka pendek, dan menerapkan efisiensi teknis serta perbaikan lainnya yang akan membuat kendaraan kami lebih murah untuk diproduksi dan lebih menguntungkan.” CEO GM Mary Barra.

Ketika GM menunda ekspansi truk listriknya awal bulan ini, mereka menyebut perubahan permintaan kendaraan listrik sebagai alasan utama memperlambat penjualan truk listriknya.

Bahkan CEO Tesla (TSLA), Elon Musk, yang merupakan produsen kendaraan listrik terbesar di industri, telah memberikan tanggapan dingin terhadap pasar kendaraan listrik dan lanskap ekonomi secara keseluruhan.

Musk mengatakan, bahwa perusahaan telah menunda pembangunan Gigafactory yang akan datang di Meksiko karena kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga, yang membuat pembiayaan mobil lebih mahal bagi konsumen, sehingga mengurangi permintaan.

“Saya prihatin dengan tingginya tingkat suku bunga yang kita alami saat ini, dan saya sangat menekankan betapa pentingnya biaya. Kita harus membuat produk-produk kita lebih terjangkau sehingga masyarakat dapat membelinya," kata Musk.

Jessica Caldwell, Direktur Wawasan di firma riset otomotif Edmunds, sependapat dengan Musk. Menurutnya, suku bunga yang tinggi saat ini juga tidak kondusif untuk meyakinkan konsumen untuk mengeksplorasi teknologi otomotif yang belum matang, dan biayanya telah membuat kendaraan listrik berada di luar jangkauan banyak konsumen.

"Setelah satu dekade belanja yang lebih besar karena suku bunga rendah, konsumen kini perlu melakukan penghemata,” kata Caldwell kepada Yahoo Finance

Penelitian baru dari J.D. Power yang dirilis Jumat pagi menunjukkan kekhawatiran produsen mobil terhadap harga dan konsumen bertolak belakang dengan perkiraan penjualan kendaraan listrik yang dulunya optimis.

“Namun, salah satu faktor rumit yang dapat membebani penjualan kendaraan listrik dalam jangka pendek adalah ketidakseimbangan harga saat ini antara kendaraan listrik dan kendaraan ICE (mesin pembakaran internal) di segmen SUV kompak yang sedang booming,” kata J.D. Power dalam laporannya. 

“Saat ini, sebagian besar penjualan SUV EV di pasar massal kompak dihargai sekitar US$52,000. Sebagai perbandingan, ICE SUV yang dipasarkan secara massal hanya berharga US$34.000. Sementara itu, kendaraan ICE di segmen SUV premium dijual dengan harga sekitar US$53.000, dibandingkan EV di segmen SUV premium dijual seharga $60.000 atau lebih," jelasnya.

Kendati terdapat kekhawatiran mengenai harga, J.D. Power yakin kendaraan listrik telah mencapai masa kritis, dan perusahaan memperkirakan penjualan ritel kendaraan listrik akan mencapai 3 juta pada akhir tahun ini dan 4 juta pada akhir kuartal ketiga tahun 2024.

JD Power mengatakan salah satu area yang akan membantu penjualan mulai tahun depan adalah kredit pajak kendaraan listrik senilai US$7,500 yang dapat digunakan segera di tempat penjualan kendaraan yang memenuhi syarat tanpa menunggu pengembalian pajak.

“Ini adalah perubahan yang signifikan dari kredit yang ada saat ini, di mana pembeli yang memenuhi syarat tidak menerima kredit sampai mereka menerima pengembalian pajaknya,” kata J.D. Power dalam laporannya.

Meskipun penarikan kredit pajak merupakan hal yang baik, pembeli tampaknya memerlukan lebih banyak insentif untuk menutupi perbedaan harga antara kendaraan listrik dan bensin dan untuk menutupi peningkata pembiayaan akibat kenaikan suku bunga.

Hal ini bahkan tidak mempertimbangkan kekhawatiran akan jangkauan dan kurangnya infrastruktur pengisian daya, yang oleh 77% responden dalam Jajak Pendapat Kendaraan Listrik Yahoo Finance/Ipsos disebut sebagai masalah paling mendesak ketika mempertimbangkan kendaraan listrik.

Baca Juga: Penjualan Kendaraan Listrik Toyota Tumbuh Signifikan Hingga Kuartal III-2023

"Peningkatan infrastruktur pengisian daya harus konsisten dengan, atau bahkan mendahului, meningkatnya penerimaan kendaraan listrik, tambah Caldwell dari Edmunds.

GM, Ford dan bahkan Tesla menyimpan cadangan uang tunai dan menggunakannya ketika kondisi ekonomi stabil, yang tampaknya merupakan pilihan terbaik, setidaknya dari perspektif Wall Street.

Analis Morningstar David Whiston menulis dalam sebuah catatan kepada kliennya pada Jumat, bahwa neraca Ford tetap dipenuhi likuiditas untuk membantu mendanai transisinya ke kendaraan listrik dan layanan perangkat lunak serta sebagai penopang kapan pun resesi berikutnya datang.

"Pendanaan yang besar ini memberi Ford waktu untuk mengubah dirinya dan lebih banyak waktu untuk mengendalikan biaya," tambahnya.

Saat ini, target Gedung Putih untuk mencapai 50% penjualan kendaraan listrik pada tahun 2030 nampaknya tinggi dan terlalu optimis, padahal beberapa tahun yang lalu para pembuat kebijakan berpikir masyarakat Amerika tidak perlu diyakinkan untuk beralih ke kendaraan listrik.

Caldwell mengatakan, bahwa mungkin akan ada hambatan di sepanjang jalan. Meskipun peralihan global ke kendaraan listrik tidak bisa dihindari. "Jalur menuju adopsi massal mungkin diselingi oleh periode kemajuan yang lambat, dan itulah yang kita alami saat ini,” ujarnya.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×