kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjadi miliarder berkat bisnis pembuatan sarung tangan karet (1)


Kamis, 26 September 2019 / 09:30 WIB
Menjadi miliarder berkat bisnis pembuatan sarung tangan karet (1)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Sarung tangan karet bukan barang mewah. Tapi jangan anggap sepele,   barang yang satu ini justru telah berhasil mengangkat Lim Wee Chae, pengusaha asal Malaysia menjadi miliarder dengan total kekayaan mencapai US$ 1,2 miliar. Berawal dengan modal hanya sebesar RM 180.000  pada tahun 1991, Lim sukses membangun perusahaan produsen sarung tangan terbesar di dunia. Pada tahun 2018, pendapatannya sudah mencapai US$ 4,21 miliar atau Rp 58,94 triliun.

Lim Wee Chai adalah pengusaha kaya raya asal Malaysia. Dalam catatan Forbes, total kekayaannya mencapai US$ 1,2 miliar sehingga menjadikannya berada di jajaran 50 besar orang terkaya di Malaysia. Pundi-pundi kekayaan itu berasal dari kesuksesan perusahaan pembuat sarung tangan karet yang ia rintis di bawah bendera Top Glove Corporation.

Lim merintis Top Glove pada tahun 1991 bersama istrinya, Tong Siew Bee. Berdua, mereka merintis pembuatan sarung tangan karet dengan mempertaruhkan seluruh tabungan yang dimiliki kala itu.

Bisnis sarung tangan dipilih karena Lim dan sang istri melihat potensinya besar sejalan dengan tingginya permintaan untuk perawatan kesehatan. Apalagi, ayah dua anak ini sudah tertarik dengan karet sejak kecil lantaran orang tuanya memiliki kebun karet.

Awal beroperasi, Top Glove dimulai dengan satu pabrik, satu jalur produksi, dan 100 staf. Pabrik itu pun dibeli dari salah satu produsen sarung tangan yang kebetulan gulung tikar. Modalnya hanya RM 180.000.

Dengan pantang menyerah, pria kelahiran 7 Januari 1958 itu membangun bisnis dan bersaing  dengan sekitar 250 perusahaan serupa yang ada di Malaysia kala itu. Untung baginya, permintaan sarung tangan medis meningkat secara dramatis saat itu, karena epidemi HIV/AIDS. Sementara banyak pemain tersingkir karena tidak memenuhi standar kualitas yang ketat yang diterapkan importir.

Seiring waktu, Top Glove kian besar. Mereka mengekspor sarung tangan ke 195 negara untuk memenuhi permintaan di segmen kesehatan dan non-kesehatan. Importir terbesarnya datang dari Amerika Serikat, Jepang, Brasil dan Turki. Pelanggannya sudah lebih dari 2.000 perusahaan. .

Perusahaan ini telah bertransformasi menjadi perusahaan multinasional dan beroperasi di beberapa negara selain Malaysia yakni Thailand, Cina, Amerika Serikat, dan Eropa. Saat ini, Top Glove merupakan produsen sarung tangan terbesar di dunia dan menguasai 25% pangsa pasar global.

Top Glove menawarkan produk dalam tiga jenis bahan, seperti lateks, nitril dan vinil. Itu disuplai ke berbagai industri, seperti dirgantara, otomotif, kecantikan, makanan, perawatan di rumah, laboratorium medis atau kesehatan, semikonduktor dan lain-lain.

Perusahaan ini kini sudah memiliki lebih dari 40 pabrik, 648 lini produksi, dan kapasitas produksi 60,5 miliar lembar sarung tangan per tahun. Mereka memiliki 17.000 karyawan dan fasilitas manufaktur di Malaysia, Thailand, Cina, dan kantor penjualan di AS dan Jerman.

Pada tahun Maret 2001, Lim membawa Top Glove melantai di bursa saham Malaysia dengan kapitalisasi pasar RM 6,3 miliar atau setara US$ 2,1 miliar guna mendukung kelanjutan ekspansi bisnisnya. Pada tahun 2018, perusahaan melakukan ekspansi dengan memproduksi kondom.

Selain terus mengembangkan bisnis Top Glove, pria yang lahir di kota kecil Titi di Negeri Sembilan itu juga telah mengakuisisi 10,49% saham  Tropicana Corp Bhd pada tahun 2017.  

Sepanjang tahun 2018 yang berakhir pada Agustus, Top Glove membukukan pendapatan RM 4,21 miliar, naik 23,5% dibandingkan  tahun sebelumnya. Adapun laba perusahaan ini  sebelum pajak mencapai  RM 437,9 juta.

Top Glove mengalokasikan sekitar RM 400 juta sebagai belanja modal setiap tahun yang digunakan untuk pembebasan lahan pembangunan pabrik dan rencana ekspansi lainnya. Perusahaan ini memang masih ingin terus melakukan ekspansi ke berbagai negara seiring dengan tingginya permintaan  sarung tangan.                           

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×